Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Beradaptasi dengan Arus Dunia

23 Mei 2024   05:05 Diperbarui: 23 Mei 2024   05:21 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pakar investasi Warren Buffet pernah berkata, "Kadang yang penting bukan sekuat apa Anda mendayung perahu, melainkan seberapa cepat arus yang sedang mengalir." Banyak orang berjuang habis-habisan dalam hidup untuk mengusahakan hidup yang lebih baik, bahkan mereka sudah mengorbankan banyak hal dalam hidup, termasuk kesempatan untuk bergembira.

Tidak ada yang salah dengan perjuangan, pengorbanan, dan kerja keras setiap pribadi dalam hidup ini. Hal baik senantiasa memberikan aliran kebaikan yang berdampak positif pada diri dan sesama sehingga terjalin relasi dan komunitas yang positif pula. Hidup memang harus diperjuangkan, begitu pula kesuksesan dalam hidup juga harus diusahakan, tidak ada yang turun begitu saja dari langit.

Harus menjadi kesadaran bersama bahwa dunia terus mengalir dan berubah setiap waktunya tanpa mengenal kata berhenti sejenak menghela rasa dan asa. Dunia saat ini berjalan dalam aneka perubahan yang mampu menembus batas ruang dan waktu sehingga segala aktivitas dan relasi dapat terjadi kapanpun dan dimanapun. Tidak ada lagi batas-batas spasial yang membatasi segala hasrat dan niat manusia. Perjumpaan fisik sudah tergantikan dalam perjumpaan digital yang mempercepat segala dinamika.

Arus dunia yang begitu cepat dan deras ini senantiasa tidak dijadikan sebagai penghalang untuk sukses dalam hidup. Dunia memang berjalan dengan segala rumus dan teorinya dalam kecepatan yang siap melewatkan segala fakta yang ada. Tak ada yang salah dengan dunia, justru hal ini menjadi kesempatan yang baik untuk membangun kesadaran dan melihat peluang dalam derasnya arus dunia ini.

Suatu ketika saya dan istri sebagai orang tua yang ingin mendidik anak kami dengan baik, salah satunya mencoba menjauhkan sang anak dari pengaruh dunia digital dengan menjauhkan penggunaan handphone. Kami pada awalnya berpikir bahwa handphone sebagai alat masuk ke dunia digital dan bisa mengakses banyak hal merupakan sarana yang ampuh merusak perkembangan anak kami. Kami berjuang keras melarang anak kami menggunakan handphone dan mengakses segala sesuatu di internet.

Memeluk dunia digital sebagai kesempatan belajar kehidupan. Sumber: theeducatoronline.com
Memeluk dunia digital sebagai kesempatan belajar kehidupan. Sumber: theeducatoronline.com
Dalam perjalanan waktu, kami menyadari bahwa dunia digital tidak bisa dihindari, mau tidak mau setiap pribadi terlibat di dalamnya, kecuali tinggal sendirian di hutan atau pulau terpencil. Perlahan-lahan kami mengizinkan anak menggunakan handphone dengan berbagai kesepakatan dan komitmen. Dengan pendampingan, anak kami mulai menikmati dunia digital walau kadangkala harus berkonflik karena mulai ketagihan.

Hingga fase saat ini, kami sungguh melihat potensi anak kami berkat dunia digital. Anak kami mulai jago bahasa asing karena mendengarkan dan menonton di internet. Dia juga semakin luas wawasannya dan berkembang kemampuan literasinya. Selain itu, kemampuan seni khususnya menyanyi berkembang pesat, dengan mudah dia menghafalkan lagu-lagu yang didengar bahkan mulai juara dalam berbagai kejuaraan menyanyi.

Menjadi jelas bahwa kita harus membangun kesadaran akan arus kehidupan di sekitar kita. Tidak melawan dan memvonisnya sebagai gangguan, sebaliknya arus itu menjadi kesempatan dan peluang maju dan berkembang. Waktunya kita mengendalikan diri kita di tengah arus dunia yang begitu pesat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun