Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Percaya pada Potensi Orang Lain

21 Mei 2024   08:16 Diperbarui: 21 Mei 2024   08:31 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Percaya pada sesama menjadi kunci kemajuan. Sumber: https://www.cultureworkshr.com

Filsuf yang juga seorang penyair, Johann Wolfgang von Goethe berkata, "Perlakukan seseorang sesuai penampilannya yang tampak, dan Anda akan membuat dia menjadi lebih buruk lagi, tetapi coba perlakukan orang itu seolah-olah ia sudah mencapai potensinya, maka Anda membuat dia menjadi sebagaimana seharusnya". Mengembangkan orang lain merupakan sebuah kesempatan yang baik dan kondusif untuk bersama-sama berkembang dalam hidup.

Banyak orang menggerutu tentang kemampuan rekan setim, kolega, anggota komunitas, keluarga atau lainnya, yang dianggap tidak mampu melakukan tanggung jawab dengan baik apalagi luar biasa. Bahkan kita juga dengan mudah menyalahkan dan menghakimi orang-orang yang tidak mampu itu sebagai pengganggu dinamika yang akan menghambat banyak hal. Sesungguhnya, permasalahan utama dan pertama bukanlah pada orang-orang tersebut tapi justru pada kemampuan kita mendorong orang-orang itu.

Belajar percaya pada orang lain senantiasa menularkan hal-hal positif sehingga memampukan mereka untuk membangun motivasi dari dan akhirnya mendorongnya pada ketekunan dan perjuangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Memang seringkali kita lebih mudah mencari kesalahan dan kekurangan orang lain serta menghakiminya. Membangun persepsi positif memang sulit namun harus dicoba dan dilatih setiap saat karena hal ini menjadi pintu utama untuk mencapai kesuksesan bersama.

Trust menjadi lingkungan penuh makna dan memotivasi. Sumber: https://www.linkedin.com/pulse
Trust menjadi lingkungan penuh makna dan memotivasi. Sumber: https://www.linkedin.com/pulse
Suatu ketika saya memiliki yunior di kantor dan oleh para senior dianggap tidak mampu dan ada baiknya diusulkan untuk tidak diangkat tetap. Ketika saya coba melihat, membaca, dan menganalisis dari berkas hasil supervisi dan mentoring kinerjanya, memang sungguh-sungguh hasil penilaiannya sangat kurang. Namun yang menarik adalah dari seluruh poin supervisi dan mentoring berisi kata-kata negatif yang menarasikan kesalahan dan kekurangannya. Ini menarik, apakah tidak ada hal-hal baik dan positif dari dirinya?

Menarik tatkala saya diberi kesempatan untuk mendampingi yunior tersebut sebelum diputuskan final. Saya hanya mencoba memberikan kepercayaan padanya bahwa dia berpotensi dan bisa melakukan segala tanggung jawab dengan baik. Saya juga membuka bantuan apapun jika dia membutuhkan bantuan terkait pengembangan kinerja. Saya juga mencoba mengajaknya berbcara dan berdiskusi dalam situasi informal sambil ngobrol di kantin. Setiap kali supervisi dan mentoring, saya berfokus pada potensi dan hal baik yang sudah dilakukannya. Tiga bulan berselang, dia diangkat tetap dan pada perjalanan waktu dia menjadi orang yang sangat militan, tekun, bertanggung jawab, dan sangat bisa diandalkan.

Belajar memberikan kepercayaan pada orang lain sungguh menantang sekaligus mengembangkan pribadi sendiri dan sesama. Waktu dan energi kita sejatinya kita dedikasikan untuk hal-hal positif yang mengembangkan. Memberi kepercayaan pada orang lain sesungguhnya lebih produktif daripada menghabiskan waktu dan energi untuk mengulas dan mengupas kekurangan dan kesalahan orang lain. Jangan lupa bergembira bersama setiap hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun