Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemauan Belajar Sesuatu sebagai Kebutuhan Dasar

16 Mei 2024   05:05 Diperbarui: 16 Mei 2024   05:19 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Albert Schweitzer mengutarakan pendapatnya, "rahasia besar kesuksesan adalah menjalani kehidupan seperti seorang laki-laki yang tidak pernah merasa lelah." Tidak pernah lelah untuk terus-menerus belajar dan mencoba hal-hal baru yang mengembangkan. Manusia tanpa hasrat belajar sejatinya seperti raga tanpa jiwa yang menggerakkan hati dan budi pada kualitas hidup dan pengembangan diri sepanjang hayat.

Dalam hidup ini banyak peluang dan kesempatan yang bisa diambil sebagai sarana yang ampuh untuk mengembangkan diri dan orang lain. Dunia yang sudah berkembang cepat dalam kolaborasi realita dan digital merupakan sebuah dinamika dunia yang mencengangkan. Manusia tidak bisa duduk diam dan menjadi penonton atas kemajuan dan kecanggihan dunia tersebut. Manusia sudah seharusnya ambil bagian secara aktif dan proaktif sebagai pelaku utama perkembangan dunia. Saatnya manusia menguasai dunia, bukan dunia memperdaya hati dan pikiran manusia.

Di era yang serba maju dan canggih ini, sudah waktunya belajar menjadi kebutuhan dasar dalam kehidupan. Tidak ada lagi pernyataan, "saya generasi kuno, sudah nggak zamannya", atau "Gini aja sudah enak, kenapa susah-susah belajar lagi", atau "senangnya kok repot-repot", dan sebagainya. Pernyataan-pernyataan itu setidaknya memberikan benang merah bahwa pasrah menyerah dengan keadaan dan cukup menerima kemampuan yang ada. Belajar sesungguhnya tidak ada istilah kuno atau berhenti selama kehidupan ini masih jalan dan mengalir.

Belajar sepanjang hayat penuh semangat. Sumber: seasonsretirement.com
Belajar sepanjang hayat penuh semangat. Sumber: seasonsretirement.com
Kebanyakan orang menganggap bahwa belajar menjadi kewajiban di kala sedang menempuh pendidikan formal di sekolah atau kampus. Belajar dianggap berhenti setelah orang menyelesaikan pendidikan formal. Padahal, ketika orang menyelesaikan pendidikan formal justru belajar harus tetap berjalan bahkan berjalan penuh perjuangan dan militan. 

Belajar bukan hanya sekadar transfer ilmu pengetahuan dan mendapatkan hasilnya sebagai bentuk predikat dari proses belajar. Belajar senantiasa ditarik lebih luas dan dalam pada usaha pengembangan diri untuk selalu bertumbuh dan berkembang.

Dari masalah hidup, orang dapat belajar tentang kemampuan mencari solusi dan semakin dimatangkan budi serta hatinya dalam hidup. Masalah dalam hidup menjadi materi belajar hidup yang bermakna untuk memahami dan menghayati tentang pentingnya kekuatan penalaran budi, ketenangan hati, dan daya komitmen dalam kehidupan. 

Orang yang terus-menerus belajar dari masalah, tidak akan jatuh dalam depresi, stres, putus asa, agresif negatif, dan frustrasi berkelanjutan. Masalah akan mendewasakan diri secara menyeluruh dan utuh. Begitu pula dari tantangan dan halangan, orang dapat belajar tentang motivasi, antusiasme, optimisme, dan ketekunan yang militan.

Akhirnya, kemauan belajar senantiasa melahirkan kemampuan-kemampuan vital dalam hidup. Kemauan belajar sepanjang hayat memberikan jalan yang baik dan kondusif pada berbagai terobosan hidup yang menjadikan segala sesuatu itu bermakna dan berdaya guna. 

Semangat belajar tak kenal lelah memberikan inspirasi dan motivasi untuk memberikan dampak yang lebih luas bagi sesama dan semesta. Mari semangat belajar menjadi kebutuhan setiap hari, dunia akan menjadi begitu menyenangkan dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun