Teolog Jesuit Pierre Teilhard de Chardin pernah berkata, "Hal paling memuaskan dalam kehidupan adalah dapat memberi sebagian besar diri kita pada orang lain." Memberi sesungguhnya bukan masalah memiliki banyak atau sedikit harta, namun memberi dengan tulus sebenarnya adalah masalah sikap. Tepatnya, memberi erat kaitannya pada sikap diri yang merujuk pada mentalitas simpati dan empati pada sesama. Banyak orang yang tidak memiliki harta melimpah bahkan cenderung kekurangan namun mampu memberi dengan tulus.
Logika pikir seringkali begitu kuat memberikan pertimbangan pada sikap diri, bagaimana mungkin memberi sedangkan masih dalam kondisi berkekurangan. Logika budi seringkali menguatkan sikap, bagaimana mungkin membantu sedangkan masih butuh bantuan orang lain. Ada begitu banyak logika-logika yang logis, yang membenarkan sikap diri untuk tidak memberi. Dengan kata lain, memberi dilakukan tatkala sudah memiliki kelimpahan.
Mampu memberi walau tidak dalam kelimpahan adalah sikap diri yang dewasa dan selalu mematangkan diri. Banyak orang memiliki seribu satu alasan untuk tidak memberi atau membantu orang lain. Semuanya itu kembali pada sikap atau niat masing-masing pribadi untuk simpati dan empati pada sesama. Setiap orang pastinya memiliki kesulitan dan masalah hidupnya sendiri, dan semua itu selalu terjadi dalam hidup ini. Menunggu semuanya selesai, maka sulit menemukan kesempatan untuk memberi.
Memberi senantiasa menjadi buah-buah pengolahan batin yang penuh makna. Memberi dan mampu berbagi menjadi proses pergulatan yang mampu memaknai hidup dengan rasa syukur, syukur atas hidup. Setiap pagi kita dikaruniai nafas kehidupan, hari baru, dan kemampuan untuk beraktivitas. Itu semua anugerah luhur dari Sang Pencipta, yang sudah seharusnya kita syukuri setiap hari. Waktunya hidup yang menjadi anugerah ini menjadi kesempatan yang baik pula untuk berbagi dengan sesama sehingga anugerah baik dalam hidup ini menjadi siklus kebaikan yang terus berputar.
Hidup ini adalah kesempatan. Kita diberi kesempatan oleh Sang Pencipta untuk menikmati hidup dan dikaruniai berbagai anugerah tanpa syarat. Kita juga memiliki kesempatan banyak hal dalam hidup untuk melakukan kebaikan dan kebajikan. Kita selalu memiliki kesempatan untuk menghidupi hidup ini. Atau, kita akan memilih untuk melewatkan kesempatan baik dalam hidup ini? Semuanya kembali pada kejernihan budi, kedalaman hati, dan komitmen diri pada keluhuran dan kearifan hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI