tidak ada kesuksesan karier yang lebih berharga daripada keutuhan keluarga. Jelas dan nyata bahwa keluarga menjadi hal utama dalam hidup dan karier setiap orang. Setiap hari kita berangkat dari keluarga dan pada waktunya kembali ke keluarga juga. Bahkan, berjuang keras di dunia nyata untuk sebuah kesuksesan, pada akhirnya kembali pada kebutuhan dasar kita, mencintai dan dicintai keluarga.
John C. Maxwell dalam The 360 (derajat) Leader menegaskan dengan mantap bahwaBagaimana kita mengelola diri dan keluarga sejatinya menjadi modal dasar dalam kesuksesan di luar, baik dalam karier maupun dalam segala dinamika apapun. Sebuah permenungan mendasar dalam menjalani hidup kita, bagaimana relasi dan dinamika kita dalam keluarga? Banyak terjadi bahwa hal-hal yang tidak beres dalam keluarga rupanya terbawa dalam dinamika karier maupun relasi dengan orang lain. Komunikasi yang buruk dalam keluarga menjadi modal sekaligus cerminan komunikasi seseorang di tempat kerja, komunitas, grup, dan masyarakat.
Pembiasaan baik dalam keluarga akan memberikan pondasi sekaligus karakter untuk setiap pribadi bersikap dan berpikir dalam menjalani rutinitasnya dengan segala dinamikanya. Seringkali anak-anak dari keluarga yang memiliki habitus baik, dalam proses belajar di sekolah berjalan lancar dan berkarakter.Â
Hal-hal baik dalam keluarga senantiasa juga menjadi gambaran baik untuk setiap pribadi dalam berelasi dalam kehidupan nyata bersama siapapun.Beda halnya, dengan anak-anak yang berangkat dari keluarga yang kurang memiliki habitus baik, seringkali mereka mengalami banyak masalah di sekolah terlebih terkait sikap dan perilaku.
Kesuksesan dalam hidup sejatinya bukan tentang setinggi apa karier kita, namun sukses dalam hidup identik dengan memiliki orang-orang terdekat yang penuh kasih dan penghargaan satu sama lain. Keluarga sejatinya menjadi sekolah kehidupan sepanjang hayat karena setiap pribadi bertumbuh kembang di dalamnya dengan ikatan batin yang seharusnya tak pernah terputus.
Dalam perkembangan zaman dan teknologi saat ini, seringkali keluarga terabaikan. Kesibukan dan relasi di luar menutup esensi keluarga. Ketika setiap pribadi kembali ke keluarga, seringkali relasi batin tidak kembali karena masih membawa segala bentuk kesibukan dan relasi dalam pikiran dan perasaan. Maka tidak jarang, keluarga berkumpul dalam satu rumah namun jauh secara relasi karena masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
Bersyukurlah pribadi-pribadi yang masih bisa mengawali hari bersama keluarga dengan perjumpaan ringan yang memberikan semangat di pagi hari. Berbahagialah setiap pribadi yang masih mampu memikirkan keluarga di tengah-tengah kesibukan, bahkan meluangkan waktu untuk bersama atau sekadar berkontak untuk saling bertanya dan menyapa. Bersukacitalah setiap pribadi yang masih mampu menghabiskan waktu di sore atau malam hari bersama keluarga untuk saling berbagi rasa dan asa. Dan, terpujilah setiap pribadi yang memiliki kebiasaan membangun kebiasaan malam untuk berdoa bersama menjelang istirahat malam.
Saatnya mengelola pribadi kita dalam komunitas keluarga. Kesuksesan berangkat dari masing-masing pribadi dan keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H