Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Mengusahakan Kedekatan Hati dan Budi secara Nyata

25 April 2024   07:07 Diperbarui: 25 April 2024   07:11 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedekatan hati dan budi adalah keutamaan dalam hidup. Sumber: https://thewelcomingtable.com

Joseph F. Newton pernah berkata, "Orang merasa kesepian karena mereka membangun tembok dan bukannya jembatan." Banyak orang sibuk dengan dirinya sendiri, bergulat dengan pikiran dan perasaannya sendiri tanpa berbagi dengan sesama dalam sebuah relasi yang kondusif dan penuh inspiratif. Banyak orang saat ini bisa menghabiskan waktu berjam-jam dengan aktivitasnya sendiri tanpa kerja bersama orang lain dalam sebuah kesatuan tim yang saling mendukung. Tembok begitu kuat dan tinggi membentengi dirinya.

Bahkan dalam hiruk-pikuk dunia saat ini dengan segala euforia hidup yang terkadang sudah menembus batas ruang dan waktu, banyak orang merasakan kesepian yang tiada tara. Menyendiri dan sibuk dengan dunia digital, banyak orang zaman modern ini jatuh pada kefatalan hidup di mana yang jauh didekatkan dan yang dekat dijauhkan. Ironis, banyak orang begitu asyik menjalin relasi di dunia maya (digital) namun justru yang ada di sekitarnya tak tersentuh dan tak tersapa secara mendalam. Tak sedikit, orang-orang mengalami kesulitan pergaulan sosial secara langsung dengan sesamanya, hanya asyik di dunia maya.

Kemajuan dan kecanggihan teknologi saat ini sejatinya menjadi sarana untuk hidup yang lebih baik dan bermakna, bukan menjadi tujuan hidup yang justru menghancurkan hidup itu sendiri. Maka, ketika kita terbelenggu dengan kemajuan teknologi dan mengorbankan relasi humanis dengan sesama, adalah sebuah kefatalan hidup yang mengerikan. Mari melihat komunitas terdekat kita, keluarga, di mana banyak keluarga menghabiskan waktu di rumah dalam kesendirian masing-masing karena sibuk dengan dunia digital terlebih medsos. Ironis, keluarga yang seharusnya menjadi komunitas kecil yang guyub dan rukun justru menjadi komunitas sepi menyendiri.

Relasi nyata adalah dengan orang-orang terdekat secara fisik. Sumber: https://whizolosophy.com/category
Relasi nyata adalah dengan orang-orang terdekat secara fisik. Sumber: https://whizolosophy.com/category
Saatnya membangun jembatan dengan sesama dalam relasi dan komunikasi yang berkualitas dan rutin. Relasi ini menjadi kesempatan yang baik untuk berbagi pengalaman dan saling menguatkan satu sama lain dalam menjalani dan memaknai hidup ini. Dunia digital hanyalah sarana dan membantu secukupnya, bukan yang utama dan malah menggantikan dunia nyata yang ada. Jembatan interaksi langsung dengan sesama niscaya akan memberikan akses berkualitas antar pribadi untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam membangun hidup yang berkualitas, sehingga mendobrak tembok pembatas antar pribadi.

Manusia sebagai pribadi sosial dalam kehidupan ini, sejatinya relasi sosial dan nyata adalah sebuah kebutuhan dasar. Inilah kebenaran mutlak yang seharusnya diusahakan. Dunia nyata dengan segala bentuk dinamika sosialnya membantu manusia jatuh pada kesepian batin karena ada relasi nyata antar pribadi. Waktunya selalu mengusahakan kedekatan hati dan budi dengan sesama di sekitar kita.

Yang jauh menjadi dekat berkat teknologi, itu baik dan sangat membantu. Yang dekat menjadi semakin dekat berkat relasi langsung yang penuh makna, itu harus selalu diusahakan. Jangan sia-siakan orang yang dekat secara fisik dengan kita setiap hari. Saatnya menenun benang merah relasi dalam kesatuan hati dan budi dalam keluarga, tim kerja, komunitas, grup, kelompok, masyarakat, paguyuban, dan di mana pun ada pribadi-pribadi bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun