Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi tentang Integritas: Berhati-hati terhadap Hal-hal Kecil

9 Agustus 2023   11:01 Diperbarui: 9 Agustus 2023   11:05 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi diambil dari: www.gallup.com

Integritas adalah rumus absolut dalam kehidupan. Integritas adalah harga yang tak bisa ditawar. Dan, Integritas layaknya kompas kehidupan. Komitmen pada integritas diri sebagai habitus baik adalah rumus pasti dan  berharga tinggi yang akan menentukan arah hidup kita, arah yang benar sehingga tidak tersesat.

Stephen R Covey menjelaskan dengan baik tentang integritas, "Integrity is, fundamentally, the value we place on ourselves. It's our ability to make and keep commitments to ourselves, to "walk our talk." It's honor with self, a fundamental part of the Character Ethic, the essence of proactive growth." Integritas merupakan nilai hidup yang berangkat dari dalam diri untuk berkomitmen pada karakter baik untuk kebaikan dan kebenaran.

Integritas menjadi sangat fundamental dalam kehidupan, terlebih dalam membangun karakter diri yang bermartabat dan berguna bagi sesama. Tak akan ada pribadi yang militan, berkualitas, dan reflektif, jika tidak menghidupi integritas dalam habitus hidupnya. Integritas diri menghantarkan setiap pribadi pada kualitas kehidupan dan kebermaknaan hidup yang positif dan inspiratif untuk diri dan sesama. Mengusahakan integritas diri berarti berjuang mewujudnyatakan nilai-nilai kehidupan dalam keseharian.

Maxwell dalam Becoming a Person of Influence menegaskan dengan baik bahwa hal yang penting untuk diperhatikan dalam menjaga integritas adalah berhati-hati terhadap hal-hal kecil. Banyak orang mengabaikan hal-hal kecil dan terlalu fokus pada hal-hal besar karena ada asumsi bahwa segala sesuatu menjadi beres tatkala bisa mencapai hal-hal besar. Logika terbalik harus diformulasikan, bahwa hal-hal besar sesungguhnya dicapai dengan bertekun dan bersungguh-sungguh dalam melakukan hal-hal kecil.

Integritas erat kaitannya dengan prinsip-prinsip moral dan etika dan prinsip moral itu tidak bersifat fleksibel. Maka, besar atau kecil sesuatu hal tetaplah menjadi pertimbangan yang mendalam bagi etika dan moral, khsususnya dalam membentuk integritas diri. Integritas pasti berkomitmen pada karakter di atas keuntungan pribadi, pada manusia di atas benda, melayani di atas kekuasaan, berpegang pada prinsip baik di atas kenyamanan diri, berpandangan jangka panjang di atas yang menengah.

Integritas sebagai sebuah karakter baik sejatinya dibentuk dalam momen-momen kecil dalam kehidupan kita. Integritas sebagai sebuah komitmen yang total dan loyal harus dibangun dalam proses, tidak bisa instan langsung jadi. Berpikir positif, berhati nurani benar, berlaku dengan tepat, dan berelasi dalam semangat sinergis adalah materi penting dalam pembelajaran integritas diri. Mulai dari bangun tidur, beraktivitas, hingga kembali istirahat malam merupakan sarana yang baik dalam mengembangkan integritas diri lewat habitus baik dan benar. Kesalahan sekecil apapun, penyimpangan yang menikung seminimal apapun akan menjadi virus yang berbahaya, yang bisa mematikan afirmasi positif di dalam diir.

C.S Lewis, penulis Inggris, mengatakan "Integrity is doing the right thing, even when no one is watching." Melakukan hal yang benar adalah esensi dasar dari sebuah integritas. Bahkan, integritas sejati dilakukan sepenuh hati walaupun tidak ada orang yang melihatnya karena integritas bukanlah tontonan, namun sebuah proses pembelajaran diri untuk menjadi manusia yang punya harkat dan martabat. Hal baik dan benar dilakukan bukan untuk sebuah pujian namun semua itu demi nurani dan kualitas diri.

Menjadi sebuah kebijaksanaan diri yang begitu bermakna, tatkala setiap pribadi baik memiliki habitus untuk instrospeksi diri dan memaknai setiap pengalaman hidupnya. Evaluasi dan refleksi diri senantiasa menjadi kesempatan yang berharga untuk mengkaji diri dan mengembangkan segala potensi diri, khususnya tentang integritas diri.

Pada akhirnya, integritas bukanlah sebuah pencitraan diri agar dilihat baik dan dinilai hebat oleh orang lain. Justru integritas menjadi sebuah pengembangan diri yang tulus dan berkesinambungan, serta menjadi peluang melayani sesama dengan memberikan yang terbaik, termasuk kualitas diri yang terbaik. John C. Maxwell pernah menegaskan, "Image is what people think we are. Integrity is what we really are." Sudah waktunya, dalam habitus kita membangun komitmen pada kebaikan dan kebenaran daripada bersibuk ria membangun citra diri sebagai sebuah pencitraan semu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun