Setiap langkah sejatinya menggambarkan perubahan yang menggoreskan makna dalam setiap dinamika kehidupan. Memulai dari dalam diri dan kembali pada diri lagi, itulah irama dan nada kehidupan yang penuh makna, tak ada waktu sedetik pun untuk mempermasalahkan waktu, alam, cuaca, bahkan arah angin bergerak.
Dalam Failing Forward, Maxwell menegaskan dengan mantap bahwa untuk mengembangkan ketekunan dalam jangka panjang kita harus memupuk ketekunan batin secara terus-menerus berkesinambungan. Kebiasaan baik yang selalu dipupuk dan dikembangkan senantiasa menjadi sebuah modal berharga dalam menghidupi hidup ini. Ketekunan batin menjadi spirit yang menghidupkan lewat pengelolaan kesatuan hati dan budi dalam komitmen yang baik dan menyeluruh.
Memulai pagi dengan semangat, selalu berpikir positif dan solutif atas kehidupan ini, siap sedia untuk belajar tentang kehidupan, siap berbagi dengan sesama, dan selalu membangun sikap reflektif dalam kehidupan; merupakan ketekunan batin yang menyegarkan dan menginspirasi kehidupan yang lebih baik dan bermakna. Ketekunan selayaknya menjadi roh yang mengerakkan jiwa dan raga dalam kesadaran untuk maju dan berkembang.
Ketekunan dalam hidup pada waktunya akan memberikan kisah hidup yang penuh makna dan mengharukan untuk dikenang. Ketekunan sejatinya menjadi pionir yang bermakna untuk keteladanan hidup yang inspiratif dan motivatif. Sudah menjadi rumus kehidupan yang terpercaya bahwa kesuksesan hidup dicapai karena adanya ketekunan yang berkesinambungan.
Laksamana Peary berusaha mencapai Kutub Utara tujuh kali sebelum ia berhasil melakukannya pada percobaan yang kedelapan. John Creasey menerima 734 nota penolakan dari penerbit sebelum naskah pertamanya diterima, akhirnya ia menerbitkan 560 judul yang terjual lebih dari 60 juta kopi. Begitupula dengan Albert Einstein, Edgar Allan Poe, dan John Shelley, semuanya dikeluarkan dari sekolah karena dianggap terlampau lamban secara mental, yang pada akhirnya sukses di bidangnya masing-masing berkat ketekunannya.
Seringkali dengan mudah kita menyalahkan orang lain, keadaan, ataupun lingkungan atas kegagalan atau ketidakmampuan diri kita sendiri. 1001 kata terucap untuk menegaskan bahwa penyebab kegagalan dalam diir kita adalah segala sesuatu dari luar diri. Sulit sekali untuk setiap pribadi melihat ke dalam diri dan mengoreksi diri sendiri, padahal itu adalah sebuah keutamaan dalam hidup untuk menjadi pribadi yang berkembang dan maju. Memiliki keberanian untuk berperang dengan diri sendiri adalah sebuah kerendahan hati untuk membangun habitus baik.
Ketika editor surat kabar Inggris The Daily Mail mengundang para pembaca untuk mengirim jawaban atas pertanyaan, "Apa yang salah dengan dunia ini?" Penulis G.K. Chesterton yang terkenal dengan sebutan "Pangeran Paradoks" mengirim jawaban yang sangat unik:
Tuan yang terhormat, (Dear Sir)
Saya. (I am)
Hormat saya, (Yours)
G.K. Chesterton