Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi tentang Kekuatan Diri: Mari Menembus Batas Diri Menuju Sinergisitas Jiwa

28 Juli 2023   07:13 Diperbarui: 28 Juli 2023   07:14 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi diambil dari: www.altamirarecovery.com

Hidup harus hidup (menyala) untuk menjadikan jalan kehidupan ini menjadi jalan yang penuh inspirasi dan motivasi. Saatnya melepas pasung diri dan lekas bergegas berjalan keluar diri belenggu diri dan membangun dunia penuh makna dalam kesatuan jiwa dan raga dengan sesama dan semesta.

John C. Maxwell dalam bukunya The 360 Leader menegaskan demikian: "Keluarlah untuk menghabiskan waktu dengan seorang yang tidak berpikir ataupun bertindak seperti Anda, maka Anda akan diperkaya dan menemukan kekaguman yang mengembangkan potensi." Hal ini memberikan inspirasi, motivasi, sekaligus kemantapan jiwa dan raga untuk selalu belajar dari berbagai sumber kehidupan demi pengembangan diri yang menyeluruh dan berkesinambungan.

Di tempat kerja, bertemu dengan orang beda divisi bahkan beda level pekerjaan pun adalah sebuah peluang untuk melihat pekerjaan dan diri dalam ruang lingkup yang lebih luas dan futuristic sehingga menemukan berbagai sudut pandang yang mengembangkan diri dan pekerjaan secara makro dan mikro. Dalam kehidupan pada umumnya, bertemu dan berinteraksi dengan pribadi-pribadi yang beda sama sekali dengan diri kita dari cara pandang, latar belakang, hobbi, dan passion sejatinya merupakan kesempatan untuk belajar banyak dari mereka, belajar sisi yang berbeda dari kehidupan ini. Kehidupan ini begitu luas dan kaya, layak dan sepantasnya untuk diselami dengan semangat terbuka.

Pengalaman berinteraksi dengan orang yang berbeda adalah sebuah kekayaan hidup sekaligus mengolah diri untuk memberikan penghargaan pada kualitas kehidupan orang lain yang boleh menjadi pembelajaran hidup bagi diri kita. Kesempatan ini menjadi komitmen diri untuk menembus batas diri bahkan tembok kokoh yang membetengi diri kita dari dunia luar yang begitu kaya itu. Menembus batas diri yang sesungguhnya kita buat sendiri juga menjadi peluang untuk membangun sinergistas diri dengan sesama sehingga menjalani hidup ini dengan kebersamaan yang tulus, kegembiraan sejati, dan komitmen untuk saling mengembangkan satu sama lain.

Sinergisitas jiwa setiap pribadi senantiasa mengembangkan jejaring hebat tentang kesatuan hati dan budi dalam membangun humanitas yang menyegarkan, mendamaikan, dan mengembangkan. Relasi dan komunikasi setiap pribadi di dunia ini adalah sebuah sistem humaniora yang harus selalu dijaga dan dikembangkan setiap saat dalam vibrasi-vibrasi positif yang membangun dan menguatkan jiwa-raga untuk gigih maju dan berkembang. Bukan sebaliknya, vibrasi-vibrasi negatif yang justru merusak relasi dan komunikasi yang dapat memunculkan persaingan tidak sehat dan lunturnya humanisme. Manusia ada sejatinya untuk saling mendukung dan mengembangkan setiap saat.

Sebuah kisah dari sekitar Samudera Atlantik tentang kepiting setidaknya memberikan analogi yang inspiratif bagi kita semua untuk menjadi manusia yang humanis bagi sesama yang sinergis.

Ketika ada seekor kepiting di dalam sebuah ember, maka kita membutuhkan satu tutup yang kuat dan rapat untuk mencegah kepiting itu merayap keluar dari ember. Namun, jika ada dua atau lebih kepiting di dalam ember, kita tidak perlu menutup ember tersebut. Tampaknya aneh hal ini, namun memang demikianlah dalam dunia kepiting. Mereka akan saling tarik sehingga tidak seekor pun bisa lolos dari ember itu.

Sejatinya kisah kepiting tersebut dapat menjadi satir (sindiran keras) bagi kita dalam kehidupan sehari-hari kita. Orang-orang yang tidak sukses atau yang tidak mau berkembang bertindak seperti kepiting tersebut. Mereka berbuat apa saja untuk menahan orang lain maju, berusaha mencegah mereka meningkatkan diri. Mereka menggunakan segala cara untuk menarik teman-teman di sekitarya untuk tetap tinggal dalam "keranjang" yang sama, zona nyaman. Setiap pribadi terperangkap dalam pasung yang sama, dalam stagnasi. Menembus diri dan menjalin sinergi dengan dunia luar adalah sebuah ancaman yang dirasa menghancurkan kenyamanan dan kemapanan diri dan kelompok.

Batas dalam kehidupan sesungguhnya kita sendiri yang membuat, maka kita sendiri pula yang mampu menggerakkannya untuk menembus batas diri menuju sinergi yang mengembangkan. Belajar dari siapapun dan apapun serta kapanpun adalah sebuah keutusan hebat untuk menjadi manusia humanis dan menghidupi hidup dengan kehidupan yang sungguh-sungguh hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun