Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi tentang Mendengarkan: Berbagi dari Olah Hati Menuju Aksi dan Kreasi

31 Mei 2023   08:51 Diperbarui: 31 Mei 2023   11:11 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati tak akan berhenti tatkala nafas terus berhembus dan darah mengalir ke seluruh relung-relung jiwa dan raga manusia. Hati tak akan ingkar janji pada budi dalam suka maupun dukanya kehidupan. Hidup seringkali menjadi seni mengolah hati, yang memberikan narasi kehidupan, estetika makna, dan daya dalam sinergi jiwa-raga.

Herb Cohen, seorang negosiator handal dunia, pernah menyatakan, "Mendengarkan secara efektif membutuhkan lebih dari sekadar mendengar kata-kata yang disampaikan orang. Mendengarkan menuntut Anda menemukan makna dan pemahaman atas apa yang sedang dikatakan. Lagi pula, makna bukan terletak di dalam kata-kata, melainkan di dalam orangnya." Mendengarkan menjadi sebuah seni sekaligus habitus (kebiasaan) hidup yang bermakna dan membentuk karakter baik.

Banyak orang sibuk berbicara dan berbicara tanpa mau mendengarkan orang lain. Banyak orang hanya mau didengarkan namun tak pernah meluangkan hati dan budinya untuk mendengarkan orang lain. Banyak orang hanya mau dimengerti atau dipahami tapi tak pernah memulai memahami orang lain lebih dahulu. 

Inilah yang sesungguhnya disebut dengan krisis empati diri, ada kekosongan jiwa dalam diri sehingga egoisme diri lebih dominan dalam setiap relasi dengan sesama. Mendengarkan sejatinya adalah sebuah kesempatan untuk menggali makna kehidupan tentang menjalin kesatuan hati dan budi dengan orang lain.

Mendengarkan dengan hati berarti bersikap aktif, proaktif, dan empatik terhadap sesama dan memberikan kenyamanan dan kekuatan bagi sesama atas segala yang dikatakannya. Ini akan melegakan semuanya. Dalam buku It's Your Ship, Kapten Michael Abrashoff menjelaskan bahwa bahwa orang lebih cenderung berbicara secara agresif dibanding mendengarkan secara agresif. Jika sesorang memutuskan menjadi pendengar yang sungguh-sungguh, akan ada pengaruh yang besar dalam dirinya dan orang lain.

Mendengarkan menjadi salah satu kesempatan untuk berbagi yang penuh makna dalam kehidupan. Bagi yang berbicara, tatkala ada orang yang setia dan sungguh-sungguh mendengarkan akan menjadi kelegaan batin baginya dan sebuah keadaan merasa dihargai dan berharga dalam hidup. 

Bagi yang mendengarkan, hal ini menjadi kesempatan yang baik untuk berjiwa besar, setia, dewasa, dan memberikan semangat positif yang membangun hidup. Menjadi jelaslah bahwa mendengarkan merupakan proses berbagi satu sama lain yang penuh makna.

Thomas Jefferson pernah berkata, "Sebatang lilin tidak kehilangan apa-apa, ketika lilin itu menyalakan lilin lain." Ada semangat berbagi dan terus berbagi kebaikan karena sesungguhnya kita tidak akan rugi karena berbagai kebaikan pada sesama. Belajar dari lilin tersebut, menarik bahwa kita sudah seharusnya belajar dan terus belajar untuk berbagi dengan sesama karena di sanalah makna-makna kehidupan akan tumbuh dan berkembang sehingga rasa damai, nyaman, dan kondusif akan tercipta.

Berbagi dengan sesama merupakan olah hati yang sejatinya menggembirakan jiwa dan sekaligus memberikan ikatan batin dengan sesama dalam kebaikan dan kebajikan. Rasa murah hati untuk berbagi menjadi buah-buah olah hati yang secara terus-menerus menjadi habitus baik dan membentuk karakter baik sehingga dalam setiap waktu sungguh hanya hal-hal baik sajalah yang menjadi "tema" dalam kehidupan ini.

Pada akhirnya, ini semua adalah pililhan dalam hidup untuk setiap pribadi, mau berbagi atau memilih menyimpan rapat-rapat segalanya menjadi milik sendiri. 

Hidup berawal dari dalam diri kita masing-masing, bagaimana kita memilih untuk berkata dan bersikap. Olah hati yang menjadi pembelajaran sepanjang hayat senantiasa menjadi kesempatan untuk berkomitmen dalam aksi kebaikan dan dalam kerangka kebenaran. Mari berolah hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun