Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi tentang Inovasi Diri: Dari Kesukaran Menuju Kesukaan

30 Mei 2023   08:18 Diperbarui: 30 Mei 2023   08:38 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi diambil dari: www.rammaterials.com

Manusia hidup bukan untuk sekadar hidup dan hanya menghabiskan waktu dalam hitungan detik, menit, jam, hari, hingga tutup usia. Manusia hidup untuk menghidupkan hidup itu dengan antusiasme, optimisme, impian, dan militansi untuk harkat dan martabat atas kehidupan itu sendiri. Hidup adalah seni belajar menjadi bijak atas hidup itu sendiri.

Bapak Manajemen Modern, Peter Drucker, pernah menyatakan, "Memimpin orang itu sama seperti memimpin sebuah orchestra. Ada banyak pemain dan juga jenis alat musik yang berbeda yang harus dikenal semuanya oleh konduktor." Inilah esensi dari hidup bersama dalam berbagai keadaan, baik komunitas, lingkungan, masyarakat, lembaga, dunia kerja, bahkan kelompok hobi sekalipun, bahwa setiap pribadi siap memimpin dirinya untuk mengenal sekitarnya.

Kesukaan dalam hidup yang menjadi sebuah kesuksesan hidup bukan semata-mata berbicara tentag hal yang enak dan menyenangkan saja, namun kesukaran, masalah, dan halangan bisa menjadi kesukaan tatkala bisa melewati dan memaknainya dengan baik. Siap menghadapi segala sesuatu dan sedia untuk berelasi dengan setiap pribadi di sekitarnya adalah sebuah modal penting dalam kepemimpinan diri, yang selanjutnya menjadi kekuatan yang hebat memimpin orang lain. Setiap orang harus siap menjadi konduktor untuk dirinya sendiri dan orang lain dalam kerangka hidup yang lebih baik dan bermakna.

Setiap pribadi pasti memiliki kisah hidupnya sendiri dan setiap pribadi juga memiliki kesukaran dan tantangannya sendiri yang terkadang berbeda satu sama lain dengan sesama. Kesukaran, tantangan, bahkan pengalaman tidak mengenakkan di masa lalu. Belajar dari apa yang dicetuskan oleh Adlai Stevenson, "Would rather light a candle than curse the darknes" (1962, New York Times), daripada terus menggurutu, mengeluh, dan mempermasalahkan segala yang tidak mengenakkan akan lebih baik berpikir maju dan kreatif untuk menata hidup lebih baik. Kreatif, inovatif, dan proaktif senantiasa menjadi solusi terbaik dalam menjawab kesukaran hidup menjadi kesukaan hidup yang meneduhkan.

Kemampuan berinovasi adalah inti dari kreativitas, sebuah komponen vital dalam kesuksesan. Terkadang kita harus mendapati hidup kita tidak sesuai dengan rencana kita atau berbeda jauh dengan harapan. Seperti halnya kisah Edgar Bergen sewaktu kecil sempat mengirim 25 sen pada sebuah penerbit untuk memesan sebuah buku tentang fotografi. Dan teryata yang ia terima adalah buku tentang ventriloquism atau seni suara perut. Akhirnya ia tetap menerima buku itu dan mempelajari seni itu, bukan fotografi seperti harapannya. Hingga akhirnya, ia menjad orang yang sangat terkenal menghibur audiens dengan bantuan sebuah boneka kayu bernama Charlie McCharty.

Bergen tidak mengeluh dan mengerutu namun sebaliknya menerima dan berinovasi dengan hal baru. Itulah esensi dari kehidupan ini, siap berinovasi dan berkreasi. John C. Maxwel dalam banyak bukunya tentang manajemen dan kepemimpinan selalu mengingatkan bahwa memimpin diri erat kaitannya berfokus pada potensi diri dan pengembangannya karena itu yang bisa dikendalikan penuh oleh diri. Kita tidak bisa mengendalikan persepsi orang tentang kita, segala pemikiran dan tindakan orang, dan segala sesuatu yang terjadi dengan kehidupan ini. Perubahan dan kesuksesan dalam hidup sejatinya bermula dari dalam diri sendiri.

Pada akhirnya, menjadi sia-sia belaka tatkala hidup ini hanya digunakan untuk mengeluh, mengerutu, dan meratapi segala kesukaran yang ada, bahkan menyalahkan orang lain dan keadaan. Hidup sejatinya menjadi tempat dan kesempatan yang sangat baik untuk menemukan dan mengembangkan segala kreativitas yang mengubah kesukaran menjadi kesukaan yang bermakna dan berguna bagi sesama dan semesta. Perlu diyakinkan dalam diri, bahwa tidak ada kesukaran dalam hidup tanpa solusi, yang ada adalah tidak adanya hati dan budi yang siap mencari solusi. Mari nikmati hidup dan jangan lupa bergembira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun