Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi tentang Kerangka Berpikir: Membangun Realita Berawal dari Pikiran

10 Mei 2023   08:58 Diperbarui: 10 Mei 2023   08:55 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi diambil dari: www.wallpaperflare.com

Pikiran menjadi air mengalir yang menyegarkan, menjadi air mengalir yang membawa banyak motivasi dan inspirasi pada kehidupan. Biarlah pikiran menjadi sumber yang indah dan mengembirakan untuk merajut realita yang penuh makna.

Dalam bukunya Failing Forward, John C. Maxwell dengan sangat inspiratif menuliskan, "Kegagalan adalah masalah batin, begitu juga dengan kesuksesan, pertama-tama Anda harus memenangi perang dalam pikiran terlebih dahulu". Menjadi sangat fundamental sekali bahwa pikira menjadi awal dan pemicu segala sesuatu yang akan menjadi pengalaman dan realita dalam kehidupan ini. Apa yang dipikirkan dalam otak manusia, menjadi modal yang kuat untuk menjadi kenyataan. Betapa kuatnya efek pikiran dalam membentuk karakter sekaligus realita kehidupan setiap pribadi.

Kita tentunya tidak dapat mengendalikan segala hal yang ada di luar diri pribadi kita, karena itu akan menghabiskan waktu dan energi saja. Ada kesia-siaan yang terbangun tatkala setiap pribadi sibuk dengan segala sesuatu yang di luar dirinya dan justru mengabaikan dirinya sendiri dalam kendali yang pasti dan terarah. Kita tidak bisa mengendalikan cuaca, namun kita dapat mengendalikan suasana batin dan pikiran kita terhadap cuaca itu. Kita tidak bisa mengendalikan perilaku dan persepsi orang terhadap kita, namun kita bisa menata batin dan berpikir jernih atas perilaku dan persepsi orang lain tersebut.

Riset Stanford mengatakan bahwa 89% dari apa yang kita pelajari bersifat visual, 10% dari pendengaran, dan 1% dipelajari dari indera lainnya. Kekuatan pikiran memvisualisasikan tentang hidup dan masa depannya menjadi sebuah modal hebat membentuk realita kehidupan. Apa yang dipikirkan, apa yang diimajinasikan, dan apa yang menjadi visinya, senantiasa menjadi gambaran visual yang akan mengantarkan pribadi pada kenyataaan hidup.

Hubert H. Humphrey dalam perjalanannya ke Washington DC pada tahun 1935, ia menulis sebuah surat pada istrinya, "Sayang, aku melihat bagaimana suatu hari kelak, jika kau dan aku memusatkan pikiran untuk mengerjakan hal-hal yang lebih besar dan lebih baik, kita akan tinggal di Washington dan mungkin duduk dalam pemerintahan, politik, dinas..... kiranya impianku ini dapat menjadi kenyataan, aku akan mencobanya." Pada akhirnya, semua itu menjadi kenyataan yang membanggakan.

Pikiran sungguh-sungguh melahirkan semangat dan perjuangan untuk mewujudkannya. Kerangka berpikir hebat pernah ditunjukkan oleh Bangsa Norwegia. Hal itu tampak dalam diri beberapa penjelajah hebat dan ulet yang berasal dari Norwegia, seperti Roald Amundsen, Helmer Hanssen, Fridtjof Wedel-Jarlsberg Nansen, dan Otto Sverdrup. Tidak menjadi masalah iklim dan cuaca yang mereka hadapi dalam penjelajahan, mereka tetap gigih berjuang. Kemampuan dan keuletan ini tercermian dalam peribahasa Norwegia yang sangat inspiratif, "Tidak ada yang namanya cuaca buruk, yang ada hanyalah pakaian yang buruk".  Peribahasa ini ingin menegaskan, pentingnya mengendalikan diri daripada mengeluh atas kondisi di sekitar kita.

Membangun keuletan diri dalam kemantapan pikiran merupakan sebuah proses pembelajaran hidup yang sangat menantang sekaligus bermakna. Kembali lagi, hidup adalah sebuah pilihan pribadi yang merdeka. Menjadi gembira atau sedih dalam dinamika kehidupan, sejatinya adalah pilihan pribadi tentang bagaimana mensikapi hidup. Menjadi gagal atau berhasil, itu pun sesungguhnya merupakan pilihan pribadi tentang bagaimana membangun pikiran positif dan kebiasaan baik dalam ketekunan dan kerja keras. Bahkan, menjadi pribadi dewasa dalam hidup pun sebenarnya pilihan pribadi setiap orang tentang bagaimana mengolah dan memaknai pengalaman hidup dengan kesatuan hati dan budi dalam komitmen pada kebaikan dan keluhuran.

Sudah waktunya menata dan mengolah pikiran setiap hari dalam keheningan batin dan kebijaksanaan hidup. Ada banyak kesempatan dalam hidup ini untuk berpikir yang baik dan positif, ada banyak peluang untuk melakukan kebaikan dan kebajikan yang berguna bagi sesama dan dunia. Biarkan pikiran kita menjadi air yang menyegarkan jiwa, yang terus mengalir tiada henti, dan selalu memberikan kehidupan dan harapan yang meneguhkan kesatuan hati dan budi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun