Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi tentang Sikap: Menjadikan Aset Terbesar dalam Pengendalian Hidup

18 April 2023   09:55 Diperbarui: 18 April 2023   09:51 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi diambil dari: www.symplytoogood.com.au

Sikap hidup sejatinya sebuah habitus baik dalam rutinitas membangun karakter diri terus-menerus dan berkesinambungan dalam proses belajar hidup sepanjang hayat. Sikap hidup merupakan pembelajaran tentang nilai-nilai kehidupan dalam proses permenungan yang kontekstual dan reflektif.

Denis Waitley dalam The Winner's Edge menyatakan dengan tegas, "Keunggulan seorang pemenang tidak terdapat dalam bawaan sejak lahir, IQ tinggi, atau bakat. Keunggulan pemenang semuanya ada di dalam sikap (attitude), bukan kecakapan (aptitude). Sikap merupakan kriteria untuk sukses, tetapi Anda tidak dapat membeli sebuah sikap dengan harga berapapun. Sikap bukan untuk dijual." Jelas sekali bahwa sikap menjadi faktor penentu utama dalam mengusahakan kehidupan yang berkualitas dan bermartabat.

Banyak orang memiliki kelebihan dalam dirinya namun tidak unggul dalam kehidupan, baik dalam relasi, karier, keluarga, organisasi, ataupun sebagai pribadi mandiri. Banyak kisah dalam dunia kerja, lulusan perguruan tinggi yang memiliki nilai hebat (cum laude dan sejenisnya) namun tidak mampu beradaptasi dan berkreasi dengan baik saat terjun ke dunia kerja. Seringkali banyak orang sukses di dunia kerja tapi sewaktu di kampus termasuk kategori biasa-biasa saja secara akademik. Atau, banyak orang memiliki bakat yang hebat dalam bidang tertentu tapi tidak bisa sukses dengan bakat tersebut, tidak mampu mengembangkannya dan berdampak luas bagi orang lain.

Kehidupan merupakan sebuah proses berkesinambungan terus-menerus yang menuntut setiap pribadi untuk selalu belajar dan mengembangkan diri. Dalam proses panjang inilah sikap diri dalam kehidupan menjadi sebuah tuntutan yang bisa menjadi penentu tentang arah dan kualitas kehidupan sesorang. Sikap sejatinya menjadi pilihan hidup bagi setiap pribadi dalam keseharian, orang dapat memilih untuk bersikap positif atas segala pengalaman hidup atau sebaliknya bersikap negatif dan apatis sehingga terbelenggu dalam pengalaman hidup tanpa pemaknaan yang berarti.

John C Maxwel pernah menegasakan tentang sikap ini, "Saya tidak selalu bisa memilih apa yang akan terjadi pada saya, tetapi saya selalu dapat memilih apa yang terjadi di dalam diri saya. Beberapa hal dalam hidup ini berada di luar pengendalian saya. Beberapa hal lagi berada dalam lingkup pengendalian saya". Maxwell memberikan sebuah jalan produktif dalam membangun sikap hidup, berfokus pada segala sesuatu yang bisa dikendalikan, yakni yang ada dalam diri.

Banyak orang menghabiskan waktu dan energi berfokus pada banyak hal di luar diri dan tidak bisa dikendalikan, seperti pikiran dan sikap orang lain, asumsi-asumsi, berbagai isu, permasalahan orang lain, dan lainnya. Sebaliknya, terkadang kita tidak meluangkan waktu yang cukup dan rutin untuk menata diri dalam sebuah ketenangan jiwa dan keselarasan pikiran. Sikap pribadi terhadap hidup sejatinya berangkat dari habitus membangun rutinitas yang sehat dan bermakna. Ini adalah investasi kehidupan yang sangat berharga dan berguna. Permenungan diri dan refleksi batin senantiasa memiliki tempat yang khusus dan istimewa dalam menciptakan sikap hidup yang unggul dan elegan sehingga tercipta kesatuan hati dan budi dalam jiwa dan raga yang selaras berjalan memaknai kehidupan ini serta berdampak pada sesama dan semesta.

Filsuf Romawi, Lucius Annaeus Seneca, pernah berkata, "Di mana ada manusia, di sana ada peluang untuk kebaikan". Senantiasa dunia selalu diselimuti berbagai kebaikan dari pribadi-pribadi manusia yang berharkat dan bermartabat sehingga humanisme itu sungguh-sunggun nyata. Sikap-sikap baik dalam kehidupan oleh setiap pribadi dapat menjadi akumulasi yang membangun kebaikan dalam kehidupan ini.

Pada akhirnya, sikap sejatinya dapat mengembangkan atau menghancurkan pribadi, ini adalah sebuah pilihan besar dalam hidup. Siap sedia mengendalikan segala sesuatu yang bisa dikendalikan adalah sebuah kebijaksanaan pribadi dalam hidup. Siap mengendalikan diri sendiri, baik pikiran, perasaan, nurani, tindakan, dan komitmen hidup merupakan pilihan yang tepat dalam membangun kebaikan diri dan kebaikan bagi sesama dan semesta. Sebuah sikap mental positif tidak akan membuat kita dapat melakukan segalanya, tetapi dapat membantu kita melakukan apa saja dengan lebih baik daripada yang dapat kita lakukan jika sikap kita negatif. Inilah asset terbesar dalam hidup, sikap positif dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun