budi senantiasa menjadi sebuah pergulatan batin setiap pribadi untuk menjadi bijak. Menjadi tua adalah absolut, namun menjadi bijak bukanlah eksata dalam formulasi kehidupan karena menjadi bijak adalah sebuah pilihan mandiri untuk bersinergi dalam diri dan dengan sesama. Kata, rasa, dan kekuatan
Tyron Edwards, seorang Teolog dan Editor, pernah mengatakan, "Kata-kata dapat lebih baik dan lebih buruk daripada pikiran. Keduanya mengungkap pikiran, dan menambahkan makna ke dalamnya; keduanya memberikan kekuatan untuk kebaikan ataupun keburukan; keduanya membuat pikiran mulai melayang tanpa akhir untuk membrikan perintah, penghiburan dan berkat, atau justru melukai, menyiksa, dan menghancurkan". Bagaikan sekeping uang logam yang dilemparkan melambung ke atas, dan kita akan menantikan sisi yang mana yang akan menghadap ke tanah dan mana yang memandang langit.
Menjadi jelaslah bahwa setiap kata sejatinya memiliki makna dan dampak dalam kehidupan ini, baik bagi diri sendiri dan sesama, yang pastinya akan berperan serta dalam mengubah arah langkah kehidupan setiap pribadi. Kata-kata baik dan positif yang terucap senantiasa akan memberikan motivasi dan inspirasi bagi pribadi untuk melihat potensi diri dan kekuatan yang memotivasi untuk maju dan siap mencari solusi di kala menghadapi masalah. Sebaliknya, kata-kata buruk dan negatif yang terucap akan menghantarkan setiap pribadi untuk mudah mengeluh, menyalahkan, menghakimi, tidak peduli, dan selalu berorientasi pada masalah tanpa solusi.
Dalam hidup bersama atau pun berkomunitas seperti dalam keluarga, kelompok tertentu, tempat kerja, tim kerja atau pelayanan, kata-kata yang sering terucap atau tertulis memberika spirit tersendiri dalam memaknai gerak langkah hidup bersama. Ketika dalam hidup bersama didominasi dengan kata-kata negatif maka dengan sendirinya pikiran dan hati yang terhubung satu sama lain akan jatuh pada hal-hal negatif pula, sehingga segala sesuatunya menjadi tidak kondusif, kotra produktif, destruktif, bahkan nurani perlahan-lahan akan pergi tak pernah mengenal hati dan rasa peduli lagi.
Sebuah kegembiraan dan semangat bersama tatkala dalam hidup bersama diselimuti kata-kata positif yang mewakili pikiran dan hati yang positif pula sehingga lahir dan bertumbuh-kembanglah inspirasi, motivasi, kolaborasi, sinergi, militansi, dan ada apresiasi yang tulus satu sama lain. Kesatuan hati dan budi dalam masing-masing pribadi menyatu dalam kesatuan setiap pribadi sebagai satu komunitas yang selalu siap melihat potensi, bukan iri hati yang siap mematikan segala hal baik muncul.
John C. Maxwell dalam bukunya 25 Ways to Win with People dengan jelas mengarisbawahi tentang "ucapkan kata yang tepat di saat yang tepat". Hal ini semakin menguatkan bahwa kata-kata baik atau positif pun perlu mempertimbangkan waktu yang tepat untuk mengatakannya. Terhadap orang lain yang sedang mencurahkan segala masalah hidupnya, terkadang kita tidak perlu mengatakan apa-apa untuk menunjukkan rasa simpati dan empati kita. Bahkan, nasihat pun tidak perlu kita lontarkan karena terkadang mereka sedang tidak membutuhkan kata-kata kita, namun hanya butuh didengarkan. Kata-kata baik membutuhkan waktu yang tepat juga untuk disampaikan sehingga tidak kehilangan makna baiknya.
Adakalanya hal terbaik yang dapat kita lakukan pada orang lain adalah menahan lidah. Kata-kata baik membutuhkan waktu yang tepat untuk hadir. Inilah yang disebut dengan kebijaksanaan diri dalam hidup bersama. Pandai dalam kata-kata baik adalah sebuah keunggulan diri yang patut dipuji sehingga membiasakan diri pada hal-hal positif, namun bijak dalam berkata baik adalah proses mengolah diri untuk menjadi pribadi yang peduli, bernurani, dan reflektif. Segala hal baik seringkali membutuhkan waktu yang tepat dan inilah yang harus dilatih oleh setiap pribadi untuk bijak melakukannya.
George Sala, Wartawan Inggris abad ke-19, memberikan nasihat bijak supaya kita berusaha keras untuk "tidak saja mengucapkan hal yang tepat di saat yang tepat, tetapi tetap tidak mengucapkan hal yang salah itu meskipun tergoda mengatakannya, dan inilah yang jauh lebih sulit". Tantangan besar dalam hidup, ada hal yang salah namun kita tidak langsung mengomentarinya, namun mengolahnya dalam pergulatan batin dan mengatakannya di saat yang tepat pada waktunya. Setia menjadi bijak dengan kata dan rasa senantiasa menjadi proses pembelajaran hidup yang berkelanjutan. Mari belajar bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H