Termenung dalam lamun, terasa budi terlelah dalam kepenatan hari, dan raga memberikan isyarat pada jiwa. Mata mulai melintas pada tirai yang menanti uluran tangan untuk segera menutup hari menuju malam dalam kelam istirahat.Â
Perlahan-lahan malam melaju dan tirai menyelimuti dengan penuh lapang.
Pagi hadir dalam keceriannya seiring sinar mentari mulai menembus segala celah kehidupan seakan ingin mengirimkan berita tentang hidup baru. Uluran tangan kembali terurai, menarik tirai dan membiarkan mentari menembus masuk yang memberikan kelegaan, kehangatan, dan kedinamisan hidup.
Tirai yang selalu setia dalam kesederhanaannya mulai terbuka serasa memberikan pengharapan. Mata boleh menembus keluar sejauh mata melaju dan melaju dalam hasrat untuk menemukan kehendak diri.Â
Tak jarang mata mengurai segala yang ada dalam pandangan demi menemukan kepuasaan diri dan sekilas makna dalam rasa.
Semakin dekat melangkah dan melangkah maju mendekat padanya, tak kuasa betapa indahnya dunia dalam balutan kuasa-Nya. Sejenak kemudian, menjauh darinya dan menutup seluruh pandangan untuk kembali termenung dalam peresapan diri untuk sebuah asa. Bingkai tirai mengurai segala makna. Tirai itu seolah menjadi tapal batas kehidupan manusia, euforia semesta dan keheningan jiwa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI