sekolah maka erat kaitannya dengan menjadi cerdas secara akademis dengan nilai (skor) yang fantastis. Saatnya pendidikan mengupayakan kecerdasan sinergis antara akal, hati, dan perilaku dalam persahabatan untuk berbuat. Berbicara tentang
Sang guru sedang sibuk mencoret-coret di sebuah kertas seperti membuat kelompok berpasangan untuk pembelajaran satu minggu ke depan. Begitu banyak kertas coretan yang dipakai sang guru sore itu. Dengan berpenampilan santai, sang guru terlihat mencermati kelompok pasangan yang sudah dibuatnya.Â
Tampaknya sang guru berusaha seteliti mungkin karena ada delapan kelas yang sang guru ajar dengan masing-masing kelas berjumlah tiga puluh orang.
Uniknya, pasangan yang dibentuk sang guru bukan hanya antar anak dalam satu kelas namun pasangan itu lintas kelas. Dengan demikian, bisa jadi suatu pasangan belum kenal baik atau bahkan belum kenal samasekali. Setelah semua pasangan terbentuk, sang guru mencoba mencermati lagi pasangan-pasangan itu.Â
Ternyata sang guru membuat pasangan sebisa mungkin tidak dengan teman satu kelas bahkan lebih baik kalau mereka belum kenal baik.
Keesokan harinya sang guru sudah siap untuk memulai pembelajaran seperti biasa bersama anak-anak. Sang guru mencoba menjelaskan kepada kelas bahwa pembelajaran minggu ini diberi tema "Bersahabat untuk Berbuat".Â
Sang guru mulai menguraikan makna tema itu. Inti dari tema itu adalah anak-anak akan belajar dengan pasangan masing-masing yang beda kelas dengan melakukan sebuah pembelajaran di luar kelas bahkan di luar sekolah.
Adapun pembelajaran yang dimaksud adalah melakukan observasi dan wawancara yang berkaitan dengan fenomena sosial. Ini seperti melakukan sebuah penelitian sosial yang sangat sederhana. Pada tahap awal mereka akan mencoba menentukan topik lalu mengembangkan dalam kisi-kisi observasi dan pertanyaan wawancara.
Uniknya, sang guru tidak berangkat dari metodologi penelitian sosial dalam menjelaskan pembelajaran itu. Dalam sesi pembelajaran di kelas itu, sang guru mengajak anak-anak menonton sebuah kumpulan foto tentang fenomena masyarakat. Sang guru mencoba menampilkan potret sosial masyarakat yang begitu kontras.Â
Ada foto-foto tentang perjuangan hidup masyarakat seperti pengemis, pemulung, pedagang keliling, kuli pasar, buruh bangunan, tukang becak, dan masih banyak lagi.