Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kembali ke Kandang (27): Mari Mewujudnyatakan Kebijaksanaan!

9 September 2021   18:18 Diperbarui: 9 September 2021   18:27 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengendapkan segala pengajaran dan pembelajaran dalam hidup merupakan sebuah proses panjang yang melibatkan kesatuan hati dan budi, bukan sekadar membaca dan memahami sebuah buku yang diyakini baik dan bermakna.

Dalam proses pembelajaran diri menuju pada kebijaksanaan hidup, setiap pribadi harus berjuang dalam ketekunan dan kesetiaan yang konsisten penuh komitmen pada nilai-nilai kebaikan. Tidak ada yang bisa diselesaikan dalam satu malam atau satu hari ataupun satu minggu. Semuanya membutuhkan kesadaran penuh yang melibatkan budi dan hati sehingga menjadi karakter diri yang berkualitas dalam bertutur, berasa, dan bertindak dengan segala dalil kebijaksanaan.   

Guru Zen Mu-nan menyadari bahwa ia hanya mempunyai satu orang penerus, yaitu muridnya Shoju. Pada suatu hari ia mengundangnya dan berkata: "Sekarang aku sudah tua. Shoju, dan hanya engkaulah yang akan meneruskan ajaranku. Terimalah kitab ini, yang telah diwariskan selama tujuh turunan dari guru ke guru. Aku sendiri menambah beberapa catatan di dalamnya, yang kiranya akan berguna bagimu. Simpanlah kitab ini. sebagai tanda bahwa engkau penerusku."

"Lebih baik kitab itu Bapak simpan sendiri saja," kata Shoju. "Saya menerima ajaran Zen dari Bapak secara lisan, maka saya lebih senang meneruskannya secara lisan pula."

"Aku tahu, aku tahu," kata Mu-nan dengan sabar. "Namun kitab ini sudah disimpan selama tujuh turunan dan mungkin ada gunanya bagimu. Maka, terimalah dan sirnpanlah baik-baik."

Keduanya kebetulan berbicara di dekat perapian. Begitu diterima Shoju, kitab itu langsung dilemparkannya ke dalam api. Ia tidak tertarik pada kata-kata tertulis.

Mu-nan yang sebelumnya dikenal sebagai orang yang tidak pernah marah, berteriak: "Kau melakukan perbuatan biadab!"

Shoju juga berteriak: "Bapak mengucapkan kata-kata biadab!"

Ilustrasi. medium.com
Ilustrasi. medium.com
Kata-kata yang tertulis dalam setiap halaman buku sejatinya bukanlah sebuah kesalahan dalam kehidupan manusia yang terkadang haus akan kebijaksanaan. Kata-kata itu menjadi sarana penyalur makna dan kebijaksanaan dalam setiap budi dan hati manusia yang mau bertekun dalam konsistensi membaca, memahami, dan pastinya mengaktualisaikan dalam tindakan nyata. Makna kehidupan dan kebijaksanaan hidup sesungguhnya menjadi nyata dan menggerakkan seluruh jiwa dan raga tatkala sudah menjadi realita dalam tutur kata dan perbuatan.

Kata-kata yang tertulis sejatinya menjadi sumber kedalaman budi dan hati, kata-kata yang terucap sesungguhnya menjadi penyalur kebajikan, perbuatan yang terwujud sebenarnya menjadi aksi nyata kebenaran dan kasih pada sesama dan semesta, dan keseluruhan jiwa raga beserta kesatuan hati-budi menjadi keteladanan dan kebijaksanaan hidup yang tak akan berhenti sepanjang hayat.

Saatnya untuk kembali ke kandang, diri kita masing-masing, untuk melihat kembali ke dalam diri kita masing-masing dalam mengembangkan diri menuju pada kebijaksanaan hidup yang luhur. Mari menanamkan kebijaksanaan dalam setiap kesempatan hidup melalui pengendapan, pengolahan batin, dan aktualisasi diri.

Illustrasi Kembali ke Kandang. saltandlight.sg
Illustrasi Kembali ke Kandang. saltandlight.sg
@ Kembali ke Kandang, adalah sebuah permenungan hidup di malam hari menjelang menuju pembaringan jiwa dan raga setelah seharian merangkai kisah kehidupan lewat segala dinamika yang ada. Terinspirasi dari buku "Burung Berkicau" karya Anthony de Mello SJ (1984, Yayasan Cipta Loka Caraka), renungan malam dalam bingkai "Kembali ke Kandang" ini mencoba memaknai hidup yang penuh makna ini sehingga hidup menjadi lebih hidup lewat kutipan kisah penuh makna dari Anthony de Mello.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun