Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Humanis (8): Jika Saya Menjadi..., Imajinatifnya Pembelajaran

7 September 2021   04:05 Diperbarui: 7 September 2021   04:03 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di lain waktu juga dilakukan debat caleg peserta pemilu. Ada sekitar 5-7 caleg peserta pemilu yang akan melakukan debat. Selain mereka merancang program-program yang akan mereka pakai dalam debat, mereka pun mesti mampu menentukan partai apa mereka berasal. Visi dan misi partai setidaknya harus mereka rancang. Jangan heran tatkala anak-anak juga membuat slogan-slogan untuk membuat masyarakat atau audiens tertarik.

Inilah salah satu pembelajaran politik bagi anak-anak di bangku sekolah. Anak-anak tidak menghabiskan waktunya untuk menghafal teori-teori tentang sistem pemerintahan, sejarah politik bangsa, berbagai revolusi, dan masih banyak lagi. Justru dengan debat-debat ini mereka telah melaksanakan dengan kritis sebuah dinamika politik yang sangat kontekstual karena semua itu sesuai dengan apa yang terjadi di masyarakat.

Menanti Mereka

Senyum sang guru di kelas debat itu seperti mengisyaratkan sebuah kebanggaan yang tulus akan imaginasi dan antusiasme anak-anak dalam berdebat. Sesungguhnya secara tidak langsung anak-anak telah belajar banyak hal dari debat presiden, partai, dan caleg itu. Dari posisi yang mereka peroleh dalam debat, anak-anak mulai belajar menjadi seorang pemimpin yang baik. Bisa jadi, mereka melihat begitu banyak contoh buruk pemimpin bangsa ini, mereka berusaha berpikir kritis dan mencoba menawarkan model kepemimpinan yang lebih baik. Ketika anak-anak menjadi audiens atau masyarakat, mereka pun belajar menjadi warga negara yang kritis akan pemimpin mereka atau yang akan menjadi pemimpin mereka. Tampak sekali sebuah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara dalam aroma politik tersirat dalam dinamika di kelas itu.

Hal yang menarik lain dalam debat itu adalah bagian akhir dari masing-masing debat, baik debat presiden, partai, maupun caleg. Ada sebuah pemungutan suara yang dilakukan di akhir debat. Audiens atau masyarakat akan memilih satu dari kandidat yang ada dengan menuliskan alasannya secara singkat. Semua berjalan dengan lancar dan masing-masing kandidat bisa menerima hasilnya, menang maupun kalah.

Inilah pesta demokrasi ala anak-anak di kelas. Sebuah penantian besar bahwa anak-anak itu nantinya benar-benar mampu menjadi pemimpin dan masyarakat yang baik dengan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Bahkan, sikap saling menghargai satu sama lain kelak sungguh tercermin dalam generasi mereka memimpin bangsa ini. Tentunya ibu pertiwi siap menanti mereka.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
@ Pendidikan Humanis: diambil dari sebuah buku yang berjudul #The_Educatorship, Seni Memanusiakan Wajah Pendidikan, yang ditulis oleh FX Aris Wahyu Prasetyo, 2016, PT Kanisius, Yogyakarta. Nilai-nilai humanis yang sangat kental dalam kisah-kisah yang tertuang dalam buku ini patut untuk dibagikan ulang sebagai inspirasi dan motivasi mengembangkan pendidikan dewasa ini. Pendidikan sejatinya memanusiakan manusia menuju taraf insani, maka mari mengembangkan humanisme dalam dunia pendidikan secara kontekstual, bermakna, dan reflektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun