Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Humanis (2): Membaca Buku, Kritisnya Pembelajaran

31 Agustus 2021   04:05 Diperbarui: 31 Agustus 2021   05:42 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku: #The_Educatorship, 2016

Kelas pun mulai hening dan mereka tampak termenung. Anak-anak mulai menyadari bahwa mereka masih sangat kurang membaca buku-buku yang ada. Bahkan mereka pun mulai menyadari bahwa mereka kurang memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang menyediakan begitu banyak buku. Ini merupakan sebuah proses penyadaran akan pentingnya membaca buku bagi anak-anak dengan masuk melalui "pintu" mereka sendiri. Tanpa ada paksaan tetapi mereka dibawa pada sebuah kesadaran diri akan cita-cita dan harapan.

Pembelajaran Berorientasi Buku

Sang guru pun mulai melihat kesadaran dan keinginan anak-anak membaca buku untuk memperkaya wawasan mereka dan sekaligus sebagai bentuk apresiasi anak-anak pada sang penulis. Diskusi antara sang guru dan para siswa pun berlangsung di kelas itu tentang berapa banyak buku yang akan mereka baca dan kritisi dalam satu semester. Uniknya, aturan membaca dan mengkritisi buku ini tidak hanya untuk anak-anak saja tetapi juga untuk sang guru. Ini sebuah pembelajaran bersama dan sang guru menjadi model dan teladan bagi anak-anak.

Akhirnya, kelas pun sepakat bahwa mereka akan membaca buku sebanyak lima buku untuk per semester sehingga diperkirakan satu bulan membaca dan mengkritisi satu buku. Bahkan kelas pun sepakat bahwa lima buku itu terdiri dari dua fiksi dan tiga nonfiksi. Dari proses ini, kita bisa melihat bahwa pembelajaran juga menjadi sebuah proses komunikasi untuk sebuah kesepakatan sehingga tidak melulu guru memerintah dan anak-anak bertugas melaksanakannya. Sebuah pembelajaran berorientasi buku telah dirintis di kelas itu antara anak-anak dan sang guru. Mencermati pilihan buku-buku yang dibaca anak-anak sangat menarik di mana sang guru bisa mulai memetakan ketertarikan anak-anak di kelas itu. Ini penting tatkala mendapatkan gambaran umum tentang anak yang meliputi background, cita-cita, dan minatnya. Perkembangan anak-anak dari hari ke hari mulai nyata dan akan sangat membantu tatkala mereka nantinya akan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Selain itu pula, proses membaca dan mengkritisi buku itu menjadi sebuah proses yang membangun kesadaran dan kepedulian yang baik. Dalam jurnal kegiatan individual, anak-anak akan menuliskan tentang alasan memilih buku itu, gambaran umum buku, keunggulan dan kekurangannya, serta nilai-nilai kehidupan yang didapat. Dengan pembelajaran berorientasi buku ini, anak-anak mulai belajar membaca dengan tekun, menulis dengan lugas, berpikir dengan kritis, dan memaknai dengan elegan. Akhirnya, kita boleh berharap akan lahir penulis-penulis handal kelak dari anak-anak yang menjadi pembaca yang baik dan reflektif, yang tahu bagaimana menghargai hasil karya orang lain. Selamat membaca dan menulis. Itu adalah dunia yang penuh makna.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
@ Pendidikan Humanis: diambil dari sebuah buku yang berjudul #The_Educatorship, Seni Memanusiakan Wajah Pendidikan, yang ditulis oleh FX Aris Wahyu Prasetyo, 2016, PT Kanisius, Yogyakarta. Nilai-nilai humanis yang sangat kental dalam kisah-kisah yang tertuang dalam buku ini patut untuk dibagikan ulang sebagai inspirasi dan motivasi mengembangkan pendidikan dewasa ini. Pendidikan sejatinya memanusiakan manusia menuju taraf insani, maka mari mengembangkan humanisme dalam dunia pendidikan secara kontekstual, bermakna, dan reflektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun