Orang yang tidak dikuasai oleh masa depan bagaikan kawanan burung di angkasa dan rumpun bunga bakung di padang. Ia tidak khawatir akan hari esok. Segalanya adalah hari ini.
Saat sekarang adalah sebuah kenyataan hidup yang sejatinya harus diterima dan dihidupi dalam semangat untuk membangun optimisme diri dan sekaligus kelegaan batin yang memantapkan jiwa. Masa lalu menjadi kenyataan yang harus ditinggal di belakang sebagai pembelajaran hidup atas sejarah perkembangan budi dan nurani. Masa depan menjadi gambaran hidup yang akan diusahakan meskipun segala sesuatu ada di tangan Sang Pencipta sebagai penyelenggara ilahi.
Sekarang, saat ini, hidup kita berada dalam sebuah kenyataan yang harus segera disadari dan melakukan apa yang harus dilakukan dalam sebuah kesadaran untuk mengusahakan intisari kehidupan dalam kesatuan hati, budi, dan tindakan.
Seorang prajurit Jepang ditangkap oleh musuhnya dan dimasukkan ke dalam penjara. Semalaman ia tidak dapat tidur, karena yakin bahwa keesokan harinya ia akan disiksa dengan kejam. Tiba-tiba kata Guru Zen-nya terlintas dalam ingatan.
"Hari esok bukanlah kenyataan. Satu-satunya kenyataan adalah saat sekarang ini." Maka ia kembali pada saat sekarang dan tertidur lelap.
Seperti halnya prajurit Jepang itu, tak bisa menikmati malam dalam penjara tatkala bayang-bayang penyiksaan terus menggerogoti nalar logika dan ketenangan batinnya, padahal semua itu belum tentu menjadi kenyataan.
Memaknai keadaan sekarang adalah sebuah urgensi dalam kehidupan sehingga pikiran, hati, dan tindakan tertuju pada realitas kehidupan yang harus dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan. Sebuah kesia-sian tatkala seorang prajurit yang tersekap di penjara harus menghabiskan waktu dengan segala pikiran liarnya tentang hari esok.
 Sebuah kenyataan: ada dalam penjara, dalam kesendirian, dalam gelapnya malam, dan dalam ketidakberdayaan. Semua itu telah menjadi kesadaran prajurit itu akhirnya, sehingga dia bisa menikmati malam dalam lelap, dalam ketenangan pikiran dan kelegaan hati.
Saatnya mengembalikan semuanya dalam pikiran sehat dan hati yang lapang untuk selalu memaknai saat ini. Yakinlah, semesta dan Sang Pencipta sudah mempunyai skenario besar atas hidup kita, dan kita sudah waktunya memainkan peran kehidupan dengan sungguh-sungguh dalam iman, harapan, dan kasih.