Banyak orang sibuk mencari kebahagiaan dan kegembiraan hidup hingga menelusuri setiap lorong-loorng kehidupan dan berjumpa beragam orang dari berbagai kalangan. Tidak juga menemukannya, karena ia belum mencari ke lorong-lorong hatinya yang terdalam.
Bangun pagi, udara pagi, suasana mulai cerah karena mentari, menjadi awal hari bagi manusia untuk menata hidup, berjuang dalam kehidupan, dan menggapai apa yang dicita-citakan sehingga kebahagiaan dan kegembiraan dalam hidup dapat dicapai dan dinikmati. Hidup menjadi sebuah pencarian tiada henti demi kebutuhan diri yang tak terelakkan. Manusia terus berjuang dalam kehidupan dengan tetap memegang nilai-nilai kebaikan atau sebaliknya harus rela menggadaikan nilai-nilai itu dan terjerumus pada kegelapan.
Perjalanan panjang manusia menemukan kebahagiaan dan kegembiraan hidup terkadang sampai pada titik kelelahan dan keputusasaan. Bahkan lebih dari itu, kemustahilan mulai merasuk dalam keyakinan kehidupannya yang siap menghancurkan segala semangat yang ada.
Sekalian orang tercengang-cengang ketika melihat Mullah (ahli dalam bidang teologi dan hukum agama) Nasruddin menelusuri lorong-lorong seluruh kampung dengan keledainya.
"Apakah yang kau cari, Mullah?" tanyanya.
"Aku mencari keledaiku," jawabnya seraya cepat berlalu.
Ada yang terlupakan dalam kehidupan manusia dalam menemukan kebahagiaan dan kegembiraan dalam hidup. Begitu jauh manusia berjalan dalam kehidupan, juga belum menemukannya. Begitu lama manusia berjumpa dan bercengkerama dengan sesama, belum juga menemukan titik terangnya. Begitu gigih manusia berjuang sampai peluh keringat, tak ada hasil nyata yang begitu abadi dan melegakan jiwa.Â
Sama halnya Nasruddin bersama keledainya menelusuri lorong dan berjumpa banyak orang untuk menemukan keledainya. Ironis dan miris tampaknya, tapi inilah sindiran terkuat Nasruddin tentang betapa bodoh dan bebalnya orang, keledai yang selalu bersamanya tak disadari justru mencari dan terus mencari.
Jangan-jangan betapa sibuknya hidup kita menemukan kebahagiaan dan kegembiraan hidup namun tidak menyadari bahwa semuanya bermula dari dalam diri setiap pribadi. Kebahagiaan dan kegembiraan dalam hidup sesungguhnya sudah ada dan dekat dengan diri, tapi manusia tak menyadarinya bahwa harta berharga itu ada di dalam setiap sanubari.Â
Mari kembali ke lubuk hati masing-masing, mulai menyadari diri, dan menata hidup dalam kesahajaan dan kebijaksanaan. Jangan lupa berbahagia dan bergembira, semua berangkat dari dalam diri. Ayo.
Terinspirasi dari buku "Burung Berkicau" karya Anthony de Mello SJ (1984, Yayasan Cipta Loka Caraka), renungan malam dalam bingkai "Kembali ke Kandang" ini mencoba memaknai hidup yang penuh makna ini sehingga hidup menjadi lebih hidup lewat kutipan kisah penuh makna dari Anthony de Mello.