Wawasan dan pengalaman senantiasa tidak pernah memberikan kesia-siaan dalam hidup, justru sebaliknya membawa manusia pada kematangan hidup dan kedewasaan yang melahirkan kebijaksanaan pada diri, sesama, dan semesta.
Kehidupan ini menjadi kesempatan untuk belajar dari apapun dan siapapun yang membiarkan diri mengambil hal-hal baik dan mengabaikan segala sesuatu yang provokatif dan negatif. Belajar dari pengalaman hidup, setiap pribadi bisa mengambil nilai-nilai hidup di balik semua pengalaman itu, apa yang terjadi dari pagi hingga malam menjemput untuk berbaring dalam istirahat. Belajar dari segala informasi, setiap pribadi bisa mengendapkannya dalam kristalisasi hidup yang memberikan inspirasi dan motivasi untuk menghidupkan hidup.
Nasruddin menjadi perdana menteri raja. Sekali peristiwa, ketika ia berkeliling istana, ia melihat untuk pertama kalinya dalam hidupnya, seekor burung elang milik raja.
Nasruddin belum pernah melihat burung merpati seperti ini. Maka ia pun mengambil gunting, lalu memotong kuku, sayap dan paruh burung elang itu.
"Nah, baru sekarang kau pantas disebut burung," katanya. "Tuanmu telah mengabaikanmu selama ini."
Mengenal orang lain, memahami dunia luar, memantapkan konteks kehidupan: merupakan kebijaksanaan diri untuk selalu berkembang dan kembali pada hakikat manusia, yakni makhluk yang diberi potensi untuk belajar dan belajar dalam kehidupan yang luas ini. Banyak orang jatuh pada ukuran atau standar dirinya sendiri yang dipakaikan untuk mengukur orang lain dalam banyak konteks kehidupan. Akibatnya, ada benturan-benturan yang melahirkan konflik, ada ketidaksepahaman yang berakhir dengan debat kusir, ada perilaku-perilaku barbar dan anarkis yang berujung pemaksaan dan brutalisme.