Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (17): Menyalakan Obor Kehidupan bagi Pribadi, Sesama, dan Semesta

30 Juni 2021   05:05 Diperbarui: 30 Juni 2021   05:05 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati yang kacau tak akan mendapat kesenangan hidup dalam kebohongan. Air dan minyak tak dapat menyalakan cahaya. Hanya perkataan yang benar, yang membawa kesenangan hidup. Kebenaran adalah umpan yang sangat memikat hati. (Jalalu'ddin Rumi)

Hati menjadi penentu suasana diri dalam membentuk hari yang tersirat dalam relasi dengan sesama dan semesta. Hati menjadi pusat kebahagiaan diri untuk menikmati dan memaknai hidup dengan segala tema yang hadir menembus jiwa dan raga manusia mulai mata terbuka hingga terlelap dalam istirahat malam. Tersenyum ataupun cemberut, bahagia ataupun bersedih, sesungguhnya digerakkan oleh kekuatan hati manusia yang sangatlah simpatik dan empatik pada kehendak budi yang keluar dari alam pikiran manusia.

Kekuatan pikiran tidak bisa diremehkan dalam kehidupan ini. Pikiran dengan segala ide dan topik-topik kehidupan di dalamnya bukanlah basa-basi kerja otak yang ingin menunjukkan eksistensinya belaka. Apapun yang keluar dari alam pikiran manusia adalah representasi diri yang akan membentuk karakter dan kepribadian nyata yang terwujud dalam niat, kehendak, perkataan, dan kenyataan hidup. Hebatnya adalah kekuatan pikiran inilah yang juga ikut ambil peran besar dalam keputusan hati untuk mewujudkan segala ekspresi dan apresiasi diri dalam realita kehidupan.

Pikiran yang kacau telah menyeret hati pada kegaduhan dan kekacauan hati dalam mensikapi dan menjalani dinamika kehidupan ini. Pribadi menjalani hari penuh amarah, kekesalan, pesimistis, keengganan, kemalasan, keputusasaan, kekosongan, dan segala jenis rasa yang membawa manusia pada zona negatif psikologi diri. Pribadi yang kacau pada akhirnya juga menjadi awal relasi yang kacau pula dengan sesama dan semesta sehingga konflik, perusakan, intoleransi, brutalisme, apatisme, dan segala bentuk pengeroposan pada sistem sosial dan ekologi.

Ilustrasi. www.linkedin.com
Ilustrasi. www.linkedin.com

Pikiran yang jernih dan dewasa mengantarkan manusia pada hati yang luhur dalam memandang dan menjalani hidup dengan segala badai dan ombak kehidupan yang ada. Dunia dipandang dan dirasakan sebagai tempat dan situasi yang potensial untuk belajar dan berkembang. 

Kegembiraan, harapan, kesabaran, kesetiaan, penghargaan diri, optimisme, ketekunan, idealisme, dan segala jenis rasa positif membangun psikis manusia yang teduh dan menyejukkan.

Atmosfir positif dalam diri inilah yang terus memberikan auro positif pula bagi pribadi berelasi dengan sesama dan semesta, sehingga keharmonisan, keselarasan, kolaborasi, pemahaman, kecintaan, dan segala rasa positif menumbuhkembangkan tatanan sosial dan kualitas ekologi yang ada.

Koreksi diri dalam refeksi kehidupan setiap hari menjadi kesempatan yang begitu apik untuk membangun pikiran yang jernih dan hati yang luhur. Refleksi diri menjadi senjata yang ampuh untuk membangun kolaborasi diri dalam menciptakan kesatuan hati dan budi di dalam diri yang dewasa dan bertumbuh-kembang. 

Bagaikan sebuah obor kehidupan, untuk menyalakannya membutuhkan minyak yang baik sehingga obor itu selalu menerangi dengan apinya yang terang. Ketika minyak bercampur dengan air, perlahan-lahan dan pasti api obor itu pun akan meredup dan yang tertinggal sumbu yang tak lagi bisa menerangi dunia.

Api dalam obor kehidupan harus terus menyala sehingga hidup kita tetap diterangi, jalan kita tidak tersesat di kegelapan dunia yang menjerumuskan manusia pada kekelaman dan kelaliman. Pikiran-pikiran benar, kata-kata benar, ekspresi rasa benar, perilaku benar, dan segala bentuk kebenaran sejati dalam hidup menjadi cahaya kehidupan kita. Pada akhirnya, manusia menjadi cahaya bagi sesama dan semesta.

Ilustrasi Menulis Makna. www.strengthscope.com
Ilustrasi Menulis Makna. www.strengthscope.com
@Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun