Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tatkala Fajar (1): Bangku Taman, Loyalitas, dan Integritas dalam Konsistensi

15 April 2021   04:04 Diperbarui: 15 April 2021   04:03 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.youworkforthem.com

Aku adalah seorang yang kuat, selalu berdiri tegap, tak peduli seberat apa beban yang harus kusandang. Walau jari-jari kakiku selalu tertusuk oleh temanku sang batu, aku tahan banting, tusukan itu tidaklah berasa. Sudah banyak beban-beban hidup seorang yang kusangga, tidak hanya seorang, tapi banyak orang. Aku adalah penghuni baru kawasan ini, pengganti senior-seniorku yang sudah lengser. Kulitku masih sangat bersih, tidak sekotor pendahuluku yang kemarin baru saja lulus. Yang bisa kulakukan disini hanyalah berdiri tegak, tak peduli beban seberat apa yang menimpa diriku.

Hidupku tak semudah dan seindah yang kubayangkan dahulu. Melihat kawasan sekolah ini, kukira aku akan selalu senang, ternyata hal itu tidaklah benar. Sering sekali kujumpai manusia-manusia yang suka menyumpah tak kira-kira. Kadang pula mereka bercakap-cakap di atasku membicarakan kejelekan seorang yang lain, benar-benar tidak tahu diri. Hal itu membuatku kecewa dan merasa kesal. Kemudian aku juga sering menjadi sasaran empuk orang yang sedang marah. Mereka menendangi batu-batu di sekitarku dan mengenai diriku yang membuat kulitku terkikis sedikit demi sedikit.

Akan tetapi, aku juga memiliki banyak sekali kebahagiaan selama aku di sini. Seringkali aku mendapati anak-anak sedang belajar di perpustakaan, dan aku yang melihatnya dari luar merasa senang karena mereka berkembang. Kegembiraan yang terulas di wajah mereka membuat hatiku bahagia pula. Aku juga merasa amat berguna ketika mereka yang berniat untuk belajar menggunakanku sebagai tempat mereka belajar dan juga untuk berteduh. Rasanya aku diperhatikan dan dicari, juga menjadi berguna bagi anak-anak muda itu karena mereka dapat duduk di atas diriku daripada di batuan yang lancip. Aku juga memiliki teman baik yaitu pohon dan batu, aku sangat gembira.

Aku benar-benar berharap aku dapat tinggal di sekolah ini dalam jangka waktu yang lama, aku ingin lulus ketika aku memang benar-benar diharuskan untuk lulus. Atmosfer yang ada di sekolah ini membuatku merasa nyaman dan aku menemukan keluargaku di sini. Aku ingin menjadi seorang yang lebih kuat dan kokoh untuk menopang banyak sekali orang yang membutuhkan diriku. Mimpiku adalah untuk menjadi orang yang berguna bagi orang lain, apalagi berguna bagi orang yang sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri. Aku benar-benar berharap untuk tidak disalahgunakan agar aku bisa awet di sini.

Banyak hal telah terjadi semasa aku ditempatkan di tempat ini. Kenangan-kenanganku selama di sini cukup banyak, dan tentu saja ada yang membuat diriku merasa special dan bangga pula. Saat pertama kali aku menggantikan seniorku, banyak sekali orang yang datang dan memuji diriku, menganggap diriku lebih bersih dari senior-seniorku, dan banyak pula orang yang menunjuk-nunjuk diriku. 

Aku menjadi pusat perhatian, dan aku merasa sangat bangga karena kehadiranku di sini ternyata dibutuhkan. Aku juga merasa bangga ketika orang mengatakan bahwa ia beruntung memiliki diriku. Rasanya harga diriku meluncur naik ke atas, melesat seperti roket ke antariksa.

Kuingat kembali kilas hidupku selama ini. Mulai dari  diangkut, dibawa-bawa, ditaruh di bawah pohon, berkenalan dengan teman-teman baruku, hingga saat ini aku memandangi sekelilingku. Sekolah inilah rumah sejatiku, keluargaku yang begitu menyayangi diriku. Tempat dimana aku menemukan pahit manisnya hidup, menemukan individu-individu yang bersatu menjadi suatu keluarga, menemukan seluruh kenangan hidupku selama ini. Aku akan berusaha keras untuk dapat bertahan di sini dalam jangka waktu yang lama. Di sini, sekolahku yang amat kucinta, sebagai bangku tempat keluargaku bekerja dan bersantai ria. Di sini pula, catatan kecil seorang bangku taman sekolah berakhir.

Why#Catri

*Tatkala Fajar: adalah sebuah kisah reflektif yang belajar kebijaksanaan dari benda-benda yang ada di sekitar manusia. Semesta benar-benar begitu kaya akan kebijaksanaan hidup dan menjadi kesempatan bagi manusia untuk mendewasakan diri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun