Sekali lagi, aku kehilangan salah satu warna dalam hidupku. Ibu langsung masuk ke ruang UGD, tetapi aku ke luar ke halaman rumah sakit. Aku sungguh takut untuk melihat Lala.Â
Aku meringkuk sangat sedih, sangat sedih. Sebelum kejadian hari ini, aku berpikir rantai hidupku akan terus berputar seperti lingkaran berbahagia, tak putus. Namun sekarang, sepertinya persediaan air dalam botolku sudah habis. Aku sudah menemui titikku.
Aku masuk kembali ke rumah sakit dan sebentar memberanikan diri menjenguk Lala. Aku duduk di kursi di sebelah ranjangnya, "Tuhan, aku sangat mencintai manusia-manusia yang belum lama ini sudah Kau ijinkan untuk tak lagi bersamaku."Â
Kemudian aku tersenyum kecil setelah sejenak teringat ketika bermain panahan bersama Lala. Dalam satu hari ini, rasanya hidupku sudah di peradaban yang baru.Â
Aku sedih, tetapi aku bersyukur. Aku bersyukur bahwa selama 17 tahun ini aku hidup, aku dikelilingi orang-orang yang berharga. Sekarang, waktunya untuk menorehkan warna yang baru di atas kertas. Sekarang, bukan waktunya untuk memperbaiki gelas yang pecah, tetapi mengisi kembali gelas yang baru. Karena itulah artinya kuat.
*WHy-RisS
**Setelah Senja:Â sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.
***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita.Â
Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H