Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setelah Senja (36): Kepiluan Rumah Sebelah

28 Februari 2021   18:35 Diperbarui: 28 Februari 2021   19:37 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilu dalam hidup kerapkali menjadi mimpi buruk yang menunggu mentari pagi bersinar. Pilu dalam hidup pun tak jarang menjadi kebahagiaan yang tertunda, indah pada waktunya. Hidup tak terduga, tetapi bagaimana menghidupi hidup ini adalah sebuah kepastian hati yang harus diperjuangkan.

Pada bulan Agustus ini, aku bertekad untuk belajar naik sepeda.Selama hidupku saat ini, aku jarang sekali naik sepeda akibatnya aku tidak bisa naik sepeda. Saat itu aku memilih untuk keluar naik sepeda pada malam hari. Mataku memandangi jalan dan juga memandangi keadaan di sekitarku. Rupanya tetangga baruku sedang membaca buku di halaman depan rumahnya. Ia membaca buku tersebut di bawah langit malam yang dihiasi banyak bintang.

Karena aku penasaran, akhirnya akupun mampir ke sana dan mengajaknya berbincang. Aku menanyakan tentang buku apa yang dibacanya. Ternyata Ia sedang membaca buku tentang revolusi bumi. Lalu Ia menceritakan tentang bagaimana bumi selalu berevolusi dengan makhluk hidup di dalamnya. Banyak anak berlarian di desa, bermain di antara ilalang di tepi sungai dengan hati yang gembira. Ada juga banyak orang di kota yang sedang beraktivitas di antara banyak menara yang menjulang tinggi.

Setelah dipikir-pikir Tuhan itu memang mahakuasa. Bisa menciptakan semua baik adanya tanpa kekurangan suatu apapun. Setelah aku berbicara seperti itu raut wajahnya berubah menjadi tidak enak. Hal itu terjadi bersamaan dengan jatuhnya dedaunan yang terbang ke jalan raya. Akhirnya Ia mengambil suatu buku putih yang terletak di atas koran. Ia mulai menuliskan kata-kata saat kulihat tintanya merasuk ke kertas. Namun ada hal aneh yang kulihat, yaitu ada bercak darah yang sudah mengering di ujung kertas itu. Lalu setelah menuliskan beberapa kata Ia berhenti sebentar dan menorehkan tanda koma di tulisannya.

Akupun penasaran dengan bercak darah tersebut, dan akhirnya aku bertanya akan hal itu. Sedikit demi sedikit cerita mengalir dari mulutnya akan hal ini. Ternyata Ia memiliki suatu penyakit yang membuatnya sering mimisan. Ia bercerita bahwa Ia terjebak dalam lingkaran kesedihan dengan menghabiskan berbotol-botol obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Ia merasa terjerat dalam rantai penyakitnya dan Ia akhirnya sering menulis di buku hariannya. Setelah dibuka halaman demi halamannya ternyata banyak bercak berwarna merah. Aku merasa iba padanya dan akhirnya Ia mengakhiri ceritanya dengan titik.

Lalu akupun berpikir bagaimana caranya aku bisa membuatnya jadi sedikit lebih bahagia. Akhirnya aku menyarankannya untuk berobat. Keesokan harinya aku mengantarnya pergi ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan. Kudorong kursi roda yang dinaikinya secara perlahan. Ia memulai pengobatannya menggunakan berbagai macam alat. Di peradaban sekarang ini manusia sudah menciptakan berbagai alat pengobatan untuk berbagai macam penyakit. Setelah Ia menjalani serangkaian proses pemeriksaan, Ia meneguk segelas air untuk menghilangkan dahaganya. Setelah beberapa saat kami diajak masuk ke ruangan dokter yang memeriksa untuk melakukan konsultasi. Dokter tadi menyerahkan selembar kertas yang membuat hati kami berdua seperti tertusuk ratusan panah karena kertas tersebut memvonis bahwa tetanggaku dinyatakan tidak bisa sembuh.

*WHy-raCH

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan(life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.

***Setelah Senja:Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun