Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (9): Bintang Gemerlip untuk Sebuah Hati

1 Februari 2021   07:07 Diperbarui: 1 Februari 2021   07:24 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekaguman seringkali menumbuhkan kekuatan untuk menggapai asa dalam karsa yang mengalir dalam karya. Bintang-bintang gemerlip di tempat yang jauh sekalipun adalah inspirasi kekaguman yang mendamaikan setiap hati yang ada di bumi. 

Sepanjang hidupnya, Dewa selalu mengagumi bintang-bintang yang muncul di langit malam. "Aku ingin jadi bintang," kata Dewa pada kedua orang tuanya. Saat ulang tahunnya tiba, Dewa menolak sepeda yang ditawarkan orang tuanya sebagai hadiah. Ia lebih memilih dibelikan banyak buku tentang bintang. Akhirnya, ayah dan ibu Dewa menuruti keinginan putra mereka. Dengan mata berbinar, Dewa menerima selusin buku tentang bintang sehari setelah hari ulang tahunnya.

Seiring dengan revolusi yang terjadi, Dewa tumbuh menjadi seseorang yang sangat mencintai bintang. Sayang, lampu-lampu kota mengalahkan kilau bintang di langit malam. Bahkan dari menara tertinggi di kotanya, ia tak sanggup menemukan bintang-bintang yang amat ia cintai. Hatinya menjadi sedih ketika ia berpikir bahwa ia telah kehilangan bintang-bintang itu. Namun, suatu hari, Dewa mendapat ide untuk pergi ke desa. Melalui jalan setapak yang penuh ilalang menyusuri sungai, Dewa sampai di tempat yang ia tuju.

Tempat yang ia tuju adalah rumah kedua simbahnya yang terletak di pinggir jalan raya. Hari itu, Dewa menunggu malam tiba dengan hati senang. Simbah kakung mengamati antusiasme cucunya sambil membaca koran dengan heran. Sembari menunggu malam tiba, Dewa membuka jurnal hitamnya. 

Di halaman baru, ia tuliskan dengan tinta merah darah tentang rasa rindunya pada bintang-bintang. Belum sempat ia menyelesaikan catatannya, tanda koma yang menunggu dilanjutkan itu, Dewa telantarkan. Ia menyibak dedaunan yang menutupi jendela kamarnya, lantas mengamati langit malam yang dipenuhi kilau bintang.

"Aku telah berjumpa dengan bintang-bintang," gumam Dewa ketika menuliskan kalimat itu di jurnalnya sembari membubuhkan titik di akhir kalimat. Ia kemudian memutuskan untuk melukis langit malam yang sudah lama ia rindukan di buku sketsanya. Diambilnya botol berisi cat air warna biru tua. Pada halaman baru, ia lukiskan langit malam dengan lingkaran putih sebagai rembulan. Akhirnya ia menggambarkan rasi-rasi bintang yang berjejer-jejer bagaikan rantai.

Selesai melukis, Dewa bangkit dari kursi untuk mengambil segelas air. Kemudian diambilnya buku tebal bersampul coklat yang ia simpan dalam ranselnya. Ditariknya secarik kertas yang menjadi pembatas buku tersebut, lantas mengamati halaman yang tersaji di hadapannya. Dengan rasa kagum yang sama, diamatinya rasi-rasi bintang yang telah membantu manusia-manusia pendahulunya sejak peradaban kuno. Mulai dari Argonavis, si perahu raksasa sampai Sagitarius, si manusia kuda yang membawa busur dan panah. Sepanjang hidupnya, Dewa selalu mengagumi bintang-bintang yang muncul di langit malam.

*WHy-eTTe

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini. 

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun