Ketika seorang anak dari bayi hingga fase bisa berjalan, tidak ada jalan pintas untuk sampai fase itu karena fase-fase yang ada harus dijalani dan diperjuangkan. Mulai dari fase hanya bisa melihat atas, mulai gerak kanan-kiri, menggelinding, merangkak, merambat, jalan selangkah dan jatuh, hingga akhirnya lancar berjalan hingga berlari, semua fase itu saling mendukung satu sama lain sehingga fase sebelumnya sesungguhnya menyiapkan kekuatan dan kemampuan untuk fase selanjutnya.Â
Ketika anak mulai bisa merangkak, sesungguhnya dia mulai memperkuat tulang dan otot-otot kaki, punggung, dan tangan sehingga pada waktunya siap untuk mulai berdiri dan berjalan perlahan-lahan dengan merambat memegangi benda di sekitarnya, seperti tembok, meja, kursi, galon, atau lainnya. Tidak ada jalan pintas bagi seorang anak untuk bisa berjalan dengan lancar.
Begitupula proses belajar di sekolah juga tidak ada jalan pintas, anak-anak harus menjalani proses belajar dengan segala potensinya. Seperti anak belajar jalan, ada yang bisa cepat sebelum setahun sudah bisa jalan namun ada juga harus sampai satu setengah tahun baru bisa jalan, begitupula belajar di sekolah pun akan menemukan anak yang cepat dan kurang cepat.Â
Sudah waktunya pendidikan mendesain pembelajaran yang mampu menampung keragaman anak-anak dalam belajar sehingga anak-anak dapat menikmati proses belajar dengan mengolah potensinya. Keseragaman dan tuntutan berat yang sama dalam pembelajaran yang terjadi saat ini, tidak jarang membuat anak-anak frustasi dalam belajar dan kehilangan potensinya dalam belajar.
Novelis George Eliot mengatakan, "Tidak ada kata terlambat untuk menjadi pribadi yang Anda inginkan."Â
Belajar menemukan dan mengolah potensi diri tidak ada kata terlambat. Kemauan untuk belajar menjadi titik awal pengembangan diri itu sehingga kemampuan akan hadir seiring kemauan yang terus menguat dan konsisten dalam habitus harian. Tidak ada orang yang tidak memiliki potensi, semua orang pasti memiliki potensi. Terkadang pengalaman hidup dan orang lain justru menjadi jalan terang untuk menemukan dan mengembangkan potensi diri.
Semua orang yang hidup harus berani menata hidupnya dan menggali potensi dirinya lalu mengembangkannya sehingga berdampak bagi orang lain. Sesungguhnya pendidikan yang tidak mampu memberikan peluang sebesar-besarnya bagi setiap pribadi di dalamnya untuk menggali dan mengembangkan potensinya bukanlah pendidikan pada esensinya, itu hanyalah sebuah formalitas hidup yang sangat membosankan.
Hidup adalah sebuah pembelajaran yang berkesinambungan dan akan berhenti di saat maut menjemputnya. Ketika seseorang bangun tidur di pagi hari, adalah sebuah pembelajaran yang begitu dahsyat untuk memulai hari, memilih segera bangun dan mempersiapkan diri dengan segala aktivitas atau tetap bertahan dengan selimut menikmati gairahnya sisa-sisa istirahat semalam. Itu semua adalah pilihan hidup yang merupakan pembelajaran diri dalam menghidupi hidup yang penuh arti.Â
Bahkan menjelang istirahat di malam hari, seseorang juga dihadapkan pada pilihan untuk belajar tentang hidup ini: bersantai dengan gadget dan medsos sembari berbaring, mengerjakan pekerjaan yang masih tertunda, menikmati tayangan televisi hingga terlelap, atau bersatu dalam doa syukur atas berkah sehari dan segera berbaring untuk kebugaran esok hari. Manusia sesungguhnya harus selalu belajar dengan berbagai pilihan hidup. Harus dan segera.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H