Dunia berkembang seiring kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Begitupula manusia pun ingin ikut dalam hiruk-pikuk perkembangan dunia itu dengan ingin mengubah segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Seseorang ingin mengubah orang-orang di keluarganya agar sejalan dengan apa yang diiginkannya. Dalam aktivitas dan kerjanya, orang berusaha meraih apa yang dicita-citakannya dengan berbagai cara termasuk memaksakan ide dan gagasannya pada orang-orang di sekitarnya. Dalam hidupnya hanya ada satu keinginan, yakni mengubah dunia sesuai dengan yang diinginkannya karena merasa itu yang terbaik bagi dunia.
Meminjam kata-kata novelis Leo Tolstoy, "Semua orang ingin mengubah dunia, namun tidak ada yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri."
Kata-kata ini seperti sebuah tamparan bagi semua orang yang sangat berambisi untuk mengubah orang lain dalam kerangka mengubah dunia menjadi apa yang diinginkan. Kata-kata Tolstoy itu juga sekaligus memberikan solusi jitu bahwa untuk mengubah dunia sangatlah sederhana, yakni dimulai dari mengubah diri sendiri. Perubahan dunia dimulai dari perubahan masing-masing pribadi.
Banyak orang jatuh pada rutinitas belaka yang akhirnya berujung pada rasa bosan dan jenuh dengan keadaan yang ada. Dari bangun pagi sampai menjelang tidur malam dan kembali lagi ke pagi hingga malam lagi, semuanya berjalan begitu saja tanpa ada sesuatu yang berbeda untuk dikembangkan dari hari-hari sebelumnya. Semua berjalan dan mengalir seperti kayu hanyut di sungai. Tidak sedikit orang yang menggerutu di hari senin karena akan memulai pekerjaan untuk satu minggu ke depan dan akhirnya berbahagia di hari jumat karena bersiap-siap untuk berakhir pekan. Namun itu tidak lama lagi, orang bersiap-siap lagi untuk menggerutu karena senin sudah menanti kembali. Demikianlah sebuah rutinitas hidup tanpa pengembangan dan perubahan yang membahagiakan dan menantang jiwa untuk maju.
Keluarga akan terasa hampa ketika semua hanya jatuh pada rutinitas yang menjemukan. Perjumpaan dalam keluarga bukan lagi sebagai sebuah keistimewaan untuk berbagi rasa dan bergembira bersama dalam kesatuan hati dan budi. Aktivitas dalam keluarga juga justru menjadi beban bagi setiap anggota keluarga yang berharap untuk menghindarinya. Padahal berbagai aktivitas dalam keluarga adalah media ampuh untuk menghidupkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan, seperti berkebun, memasak, bersih-bersih, kumpul-kumpul, makan bersama, dan sebagainya. Masing-masing pribadi harus berubah dan menumbuhkan rasa kecintaan pada keluarga sehingga perjumpaan dan aktivitas dalam keluarga adalah sebuah kerinduan untuk bergembira. Keluarga yang bahagia tidak bisa dibentuk oleh satu orang saja, namun haris diusahakan oleh semua pribadi dalam keluarga.
Mengubah diri adalah bagian dari pengembangan diri ke arah yang positif. Dan, pengembangan diri menuntut orang untuk berubah dari dalam dirinya. Kita tidak mungkin bisa mengembangkan diri jika tidak mau berubah, justru nyenyak dengan zona nyaman yang ada. Penulis Gail Sheehy mengatakan, "Jika tidak berubah, kita tidak akan pernah bertumbuh. Jika tidak bertumbuh, kita tidak benar-benar hidup. Pengembangan diri menuntut kita meninggalkan zona nyaman untuk sementara waktu." Jelaslah bahwa perubahan dan pengembangan diri adalah sebuah prioritas dalam hidup untuk menjadikan hidup lebih hidup.
Perubahan dan pengembangan diri dalam dunia pendidikan sangat dibutuhkan untuk menjadikan pendidikan sebagai harapan setiap orang. Tidak dipungkiri, banyak anak-anak malas pergi ke sekolah karena merasa jenuh dan terbebani. Kejenuhan terjadi karena mereka merasa hanya melakukan aktivitas yang hampir sama selama satu minggu, satu bulan, bahkan selama satu semester. Mereka tidak menemukan daya tarik untuk semangat belajar, malah yang ada beban yang semain berat.
Pendidik yang inspiratif akan menangkap fenomena negatif dalam pendidikan ini lalu mengusahakan berbagai alternatif dalam pendidikan. Tatkala pembelajaran yang terkurung dan terpasung di ruang kelas sudah tidak sesuai lagi dengan karakter anak zaman sekarang yang sangat dinamis, mungkin sudah waktunya untuk mengusahakan pembelajaran di luar kelas bahkan di tengah masyarakat. Tatkala pembelajaran yang terbelenggu dalam buku teks dan teori-teori dirasa memuakkan pikiran anak zaman, mungkin sudah waktunya untuk mengusahakan pembelajaran berbasis proyek, berbasis teknologi digital, berbasis realita masyarakat, dan berbasis dunia milenial. Perubahan dan perkembangan dalam pendidikan adalah sebuah keharusan agar pendidikan bertumbuh subur dan menyegarkan.
John C. Maxwell dalam Your Road Map for Success menegaskan bahwa sesungguhnya orang yang berhasil dan gagal memiliki kemampuan yang sama. Perbedaannya hanyalah pada keinginan yang kuat untuk meraih potensi mereka.
Dan tentu saja, tidak ada yang lebih efektif untuk meraih potensi itu daripada komitmen untuk mengembangkan diri. Hal ini menjadi benang merah yang sangat jelas bahwa siapapun kita dan apapun profesi kita sangat penting untuk menumbuhkan komitmen kuat untuk mengembangkan diri. Dunia terus berkembang, hidup terus melaju, maka setiap pribadi harus siap berubah dan mengembangkan diri.
Perubahan membutuhkan tindakan nyata. Banyak orang hanya sampai pada tataran ingin dan ingin hingga akhirnya tidak melakukan apa-apa. Kesadaran untuk berubah dan berkembang harus dijaga hingga menjadi tindakan nyata, bukan sekadar rencana. Lebih dari itu, tindakan nyata dalam rangka mengusahakan perubahan dan pengembangan diri tidaklah cukup tanpa diriingi refleksi yang berkesinambungan. Refleksi ini menjadi sebuah media untuk melihat pengalaman dan memaknainya sehingga bisa mengusahakan tindakan nyata lagi untuk berubah dan berkembang. Inilah yang disebut menjadi manusia pembelajar, tidak akan berhenti selama masih hidup.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!