Mohon tunggu...
Kakabu
Kakabu Mohon Tunggu... Guru, blogger, dan backpacker -

Kakabu plesetan dari nama belakang saya Karakabu, lengkapnya Martin Karakabu. Di kompasiana saya memiliki dua akun; dan akun yang ini saya buat secara khusus untuk membahas tentang Persipura dan sepak bola di Indonesia Timur. https://www.karakabu.com adalah blog personal saya, silahkan berkunjung jika berkenan. Salam damai*

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mereka Bukan Polisi Tidur : Sebuah Refleksi Pada HUT Bhayangkara Ke 69

3 Juli 2015   12:04 Diperbarui: 3 Juli 2015   12:20 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ada polisi, gimana ne ga pakai helem”, ujar seorang remaja putri berseragam SMA.
“uda low tenang aja” kata temannya.
“Gimana mau tenang, orang kamunya ga ada SIM”. Sahut sahabatnya yang digonceng dengan penuh kepanikan.
“hehehe, DAMAI ITU GOCENG neng”,
maksud low?. Uda banyak nanya low, kayak polisi aja. Siapkan aja, sepuluh ribu, palingan damai.

Percakapan di atas merupakan fenomena kepolisian kita saat ini, meskipun tidak semua polisi melakukannya. Namun, tidak jarang kita jumpai di sebagian kota-kota besar di Indonesia, bahkan mungkin kitapun mengalami hal itu. Pada saat yang lain, korps yang kita kenal dengan kata “penegak hukum” itu justru melanggar hukum.

Kasus 4 anggota satuan narkoba Sumut yang digerebek intel TNI dan warga (liputan 6 SCTV) dan kasus-kasus lain yang mungkin luput dari perhatian media; hingga anggota polisi keluar dari satuan dan menjadi artis adalah “warna” polisi kita saat ini. Namun, saya di sini dan menulis, bukan untuk menjelek-jelekan polisi. Toh mereka bukan polisi tidur yang nota benenya adalah bongkahan semen dan pasir yang dipakai untuk menghalangi laju kendaraan di jalanan, tetapi mereka juga manusia biasa yang kadang bisa saja berbuat salah.

Litani tentang polisi, tak jarang membuat geram para warga. Namun, masih ada banyak polisi kita yang tindakannya sangat membanggakan dan patut kita contoh; dari seorang polisi yang berani menilang istrinya sendiri karena melanggar aturan lalu lintas, polisi yang “menggadaikan nyawa” mereka hanya untuk memberantas terorisme atau polisi yang menjelma menjadi “bunglon” demi memberantas peredaran narkoba adalah sisi lain dari polisi yang patut diberi apresiasi karena tugas dan pengabdiannya untuk nusa dan bangsa.

1 Juli 2015 kepolisian Repoblik Indonesia bertambah lagi 1 tahun usianya menjadi 69 tahun. 69 tahun bukanlah usia yang muda. Jika usia satuan polisi itu disamakan dengan manusia maka seharusnya makin bijaksana sesuai dengan semboyannya, pelindung dan pengayam rakyat. Namun, fakta miris kadang “disajikan”, melanggar kode etikpun dilakoni maka tugas kita bersamalah untuk memperbaikanya; sebab khilaf dan salah adalah sah sebagai manusia.

Pernyataan ini bukan untuk membenarkan tindakan aparat polisi yang tidak berkenan dan melanggar kode etik profesi. Tetapi, mengajak kita bersama untuk memperbaiki citra polisi kita agar menjadi lebih baik. Mereka bukan Polisi Hongkong atau Polisi India. Mereka POLRI, Kepolisian Repoblik Indonesia. kita adalah pemilik rebolik ini sehingga menjadi tugas kita bersama untuk memperbaiki citra buruk kepolisiaan kita sebab mereka bukan polisi tidur yang terbuat dari pasir dan semen. Mereka juga manusia yang punya kebutuhan hidup dan tuntutan zaman sehingga bisa saja berbuat khilaf. Kepolisian kita akan berdaya pikat apabila polisi mempolisikan masyarakat dan masyarakat mendukung kinerja polisi. Polisi dan masyarakat laksana dua keeping mata uang saling mengikat satu sama lain dan sama-sama membutuhkan kerja sama dan pengertian bersama.

Cara kita memperbaiki citra polisi kita, menurut hemat saya, pertama adalah merekam semua tindakan polisi yang tidak sesuai dengan tugas dan panggilannya menjadi polisi kemudian dimasukan ke YOUTUBE, lalu sebar luaskan ke seluruh jejaring sosial dan biarkan masyarakat yang “mengadilinya”. Kedua, sebagai pengguna jalan taatilah rambu-rambu lalu lintas sehingga tidak ada peluang polisi untuk menilang warganya. Ada kesempatan karena ada peluang. Ketiga, bersikaplah kritis jangan diam. DIRHAHAYU POLISI REPOLIK INDONESIA.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun