Bacaan Injil dari Markus 10:35-45 mengisahkan permintaan Yakobus dan Yohanes, dua murid Yesus, yang ingin duduk di sebelah kanan dan kiri-Nya dalam kemuliaan. Mereka mencari kehormatan, kekuasaan, dan pengakuan. Namun, Yesus menegur mereka dengan lembut, mengajarkan bahwa jalan menuju kebesaran bukanlah kekuasaan, melainkan pelayanan dan pengorbanan: "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu" (Mrk 10:43). Kristus mengajarkan bahwa ukuran kebesaran dalam kerajaan Allah adalah melalui kerendahan hati dan penyerahan diri untuk melayani sesama.
Yesus sendiri memberikan teladan sempurna dalam hal ini. Sebagai Putra Allah, Ia tidak datang untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (Mrk 10:45). Di sini kita melihat bahwa pelayanan yang dikehendaki Allah bukanlah pelayanan yang setengah hati atau sekadar kewajiban, tetapi pelayanan yang bersumber dari cinta yang rela berkorban, bahkan sampai menyerahkan hidup demi keselamatan orang lain.
Pengorbanan ini dipertegas dalam bacaan pertama dari Yesaya 53:10-11, di mana kita mendengar tentang "Hamba Tuhan yang menderita."Â Yesaya menubuatkan bahwa Hamba Tuhan akan "menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus dosa" dan melalui penderitaannya, banyak orang akan dibenarkan. Hamba yang digambarkan dalam Yesaya ini adalah Kristus sendiri. Penderitaan-Nya di kayu salib adalah puncak dari pelayanan-Nya, di mana melalui pengorbanan ini, dosa-dosa umat manusia ditebus. Di sini, Yesaya mengungkapkan bahwa penderitaan, yang sering kali dianggap sebagai kelemahan, justru menjadi sumber keselamatan dan kehidupan bagi banyak orang.
Surat Ibrani 4:14-16 meneguhkan pesan ini dengan mengingatkan kita bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung yang berbelas kasih. Meskipun Ia tanpa dosa, Ia mengalami segala penderitaan dan kelemahan manusia, sehingga kita dapat mendekati takhta rahmat dengan penuh keberanian. Yesus tidak hanya memahami penderitaan kita, tetapi Ia juga turut serta menanggungnya. Ia mengetahui kesakitan, kesedihan, dan pergumulan kita. Namun, justru dari penderitaan itulah Ia mampu menjadi Imam Besar yang sempurna, yang membawa kita kepada Allah dan memberi kita pengharapan.
Dari ketiga bacaan ini, kita diajak untuk merenungkan makna pelayanan dan pengorbanan dalam kehidupan kita. Kita dipanggil untuk mengikuti teladan Kristus, yang bukan hanya melayani, tetapi juga mengorbankan diri demi keselamatan orang lain. Pelayanan kita kepada sesama, terutama yang menderita, sakit, dan terpinggirkan, bukanlah tugas sekunder dalam iman kita. Sebaliknya, itu adalah panggilan utama kita sebagai pengikut Kristus. Setiap tindakan pelayanan adalah bentuk partisipasi dalam misi penebusan Kristus.
Mari kita merenungkan: Apakah kita siap untuk melayani tanpa pamrih? Apakah kita rela berkorban demi kebaikan orang lain, bahkan ketika itu tidak menguntungkan kita? Yesus telah menunjukkan jalan itu, dan melalui kasih-Nya, kita dikuatkan untuk mengikuti-Nya. Seperti yang diungkapkan dalam Surat Ibrani, kita tidak berjalan sendirian; Yesus, Imam Besar kita, menyertai kita, menguatkan kita, dan memberikan rahmat yang kita butuhkan untuk menjadi pelayan yang setia.
Dengan demikian, kita dapat berkata bersama rasul Paulus: "Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Galatia 2:20). Amen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H