Mohon tunggu...
Martin Karakabu
Martin Karakabu Mohon Tunggu... Guru Kampung yang Tertarik pada Dunia Bloging dan Menyukai Kegiatan di Luar Lapangan -

https://www.karakabu.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Lebih Baik Lewat Lagu; Refleksi Tahun Politik

3 Juni 2018   01:08 Diperbarui: 3 Juni 2018   07:30 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi, sumber : Qubicle

Kompasiner yang terkasih, salam jumpa, salam literasi. Sekian lama tidak menulis nampaknya kaku untuk memulai kata dan kalimat; apalagi membahas topik yang sensitif dan rame diperbincangkan saat ini, yaitu tahun politik.

Sebelum mengulas lebih jauh tentang topik ini, saya ingin memperkenalkan pilihan politik saya, biar tulisan yang tidak berfaedah ini tidak dianggap 'titipan' . Selanjutnya tentang keberimbangan, biarlah sidang pembaca yang menilainya sendiri.

Saya simpatisan partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan pendukung Presiden Jokowidodo . Pilihan politik saya adalah gerakan restorasi ala partai Nasdem. Politisi idola saya Adian Napitupulu, politis PDI Perjuangan. Demikian pilihan politik saya.

Beda boleh kan?, Kita Indonesia kita bineka itu dasar saya berargumen.

**

Lanjut pada topik. Saya percaya demokrasi di Indonesia hari demi hari sudah semakin baik dan kreatif.

Masih ingat puisi-puisi Fadli Zon?, atau fenomena kartu kuning ketua BEM UI kepada presiden Jokowidodo. Terkini saling berbalas lagu antara kubu yang menghendaki Jokowi diganti dengan kubu yang menginginkan Jokowi dua periode.

Fenomena kartu kuning BEM UI sampai lagu 2019 ganti presiden dan lagu presidenku luar biasa. Bagi saya dan bagi kedewasan demokrasi itu lebih baik; daripada saling hujat di media sosial, menyebarkan berita bohong, politik identitas, sampai isu PKI pun dibawa-bawa. Apalagi soal tagar sama sekali tidak mendidik. Namun melalui kampanye-kampanye kreatif seperti lewat lagu, rakyat bisa menilai sendiri mana fakta dan mana yang dipaksakan untuk menjadi fakta. Atau setidaknya melalui cara-cara seperti ini, tidak memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Cuma pilihan politiknya saja yang berbeda.

Itu pendapat saya, apa pendapat kompasiner yang lain. Tulis di kolom komentar dan mari kita diskusikan. #Kitabineka. #KitaIndonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun