Mohon tunggu...
Martin Karakabu
Martin Karakabu Mohon Tunggu... Guru Kampung yang Tertarik pada Dunia Bloging dan Menyukai Kegiatan di Luar Lapangan -

https://www.karakabu.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inilah Penyebab "Kematian Budi Pekerti"

9 Februari 2018   23:00 Diperbarui: 9 Februari 2018   23:24 1449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca Juga:

 

Penutup

Menanamkan pendidikan budi pekerti kepada anak di zaman milenial sangat sulit. Kesulitan itu disebabkan rutintas orang tua dalam bekerja dan fenomena keautisan sosial yang dimulai dari dalam keluarga. Jika hal seperti ini terus berlanjut maka;

  • nilai-nilai budi pekerti akan hilang karena pengaruh teknologi.
  • Moralitas bangsa pasti lebih tidak beradab lagi karena sentuhan nurani tidak memiliki tempat dalam rumah.

Mengapa demikian?, karena di zaman now musuh terbesar kita adalah teknologi. Agar musuh menjadi kawan maka;

  • Miliki waktu terbaik bersama keluarga,
  • Menjadi sahabat bagi anak,
  • Jadi orang tua gaul agar tahu keluh kesah maupun sepak terjang putra-putrinya di luar rumah.
  • Akrab dengan teknologi tetapi cerdas dalam menggunakannya

Semua ini bisa dilakukan dan pasti berhasil, jika;

  • orang tua bisa menjadi contoh bukan hanya berbicara. "jika orang tua melarang anaknya merokok idealnya orang tua pun tidak merokok.
  • Jika orang tua mengajari anaknya cinta damai maka idealnya rumah menjadi tempat yang dirundukan anak; tanpa ada pertengkaran dari kedua orang tuanya. ***

Sayang anak maka ajari cinta tanpa teori dan jadikan rumah tempat berteduh yang sejuk bagi seluruh anggota keluarga.

Refrensi: 12  3

Jakarta, 2/9/2018

Catatan:

  • Saya menulis tentang moralitas bukan berarti saya paling bermoral.
  • Saya menulis tentang budi pekerti bukan berarti saya bisa melakukan semua yang saya tulis.
  • Saya menulis bukan untuk menggurui.
  • Saya berbicara tentang guru bukan berarti saya guru terbaik se Indonesia.
  • Saya berbicara tentang bangsa bukan berarti saya paling nasionalisme.
  • Saya berbicara tentang keluarga bukan berarti keluarga saya sudah paling harmonis.

Saya ada dan menulis karena:

  • Ingin berbagi agar semakin berarti.
  • Ingin belajar agar tidak kampungan walaupun guru kampung.
  • Ingin mengabadikan apa yang saya pikirkan agar menjadi cerita untuk generasi sesudah saya.

Di sini saya pun sedang belajar agar lebih berarti. Salam hangat selalu untuk pembaca yang terkasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun