Mohon tunggu...
Martin Doloksaribu
Martin Doloksaribu Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penggiat Industri

Pemikiran harus diwujudnyatakan, disebarluaskan dan diperbincangkan selama daya pikir masih dapat dimanfaatkan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Cerdas Beradaptasi Menghadapi Situasi Kritis

23 April 2020   19:12 Diperbarui: 23 April 2020   19:11 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Warga Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya memiliki pengalaman yang sulit dilupakan di awal tahun ini. Awal Januari 2020 hujan turun sangat hebat hingga membanjiri beberapa wilayah Ibu Kota. Pergantian awal tahun umunya dirayakan dengan senandung suara petasan dan pekikan kegembiraan digantikan dengan suara gemuruh air hujan dan riuh angin kencang. Dan masyarakat akan mengeluh dengan banjir yang terus berulang. Namun di sisi lain ada juga warga yang “beradaptasi” dengan kejadian tersebut.

Setelah masalah banjir mulai surut, memasuki bulan Februari-Maret, masyarakat kembali waspada karena pandemik Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Dampak COVID-19 sangat hebat; dapat menular sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Persentase kematian COVID-19 di Indonesia 8,3% (per 23 April 2020 pukul 18.40: 647 meninggal dari 7.775 kasus). COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan namun juga stabilitas ekonomi. IHSG terkena pembekuan sementara pada Selasa (17/3/2020), nilai tukar rupiah melemah dan beberapa perusahaan melakukan PHK. Harga-harga beberapa barang seperti handsanitizer, disinfektan, masker meroket karena meningkatnya permintaan dan menurunnya ketersediaan.

Situasi saat ini pasti menguncang sistem keuangan para pekerja formal terlebih bagi pekerja non formal dan informal. Semua lapisan masyarakat terkena dampaknya. Walaupun setiap lapisan berbeda-beda besaran dampaknya. Pemerintah mengalami dilema dalam mengatasi situasi ini.  Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah demi mengurangi dan membatasi penyebaran COVID-19 berefek baik dan buruk. Kebijakan-kebijakan social distancing, physical distancing, wajib cuci tangan, wajib penggunaan masker hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dapat mengatasi masalah kesehatan namun akan berimplikasi pada penghasilan pekerja non formal dan informal. Masyarakat harus cerdas beradaptasi sehingga tidak jatuh pada krisis keuangan yang dalam.

Pertama kita perlu memperbaiki prioritas keuangan. Pos anggaran untuk tujuan yang kurang prioritas perlu direlokasi untuk kebutuhan yang lebih penting. Penerapan PSBB membuat beberapa bidang usaha kehilangan konsumen. Kehilangan konsumen artinya kehilangan pemasukan. Beberapa pekerja non formal malah telah mengalami PHK. Artinya penerimaan menjadi nihil.

Pos anggaran pemasukan berkurang maka perlu menyesuaikan pola pengeluaran. Pengeluaran perlu diprioritaskan pada yang paling prioritas dan sebisa mungkin melakukan penghematan. Jika biasa membeli makanan di luar rumah, saat ini ada baiknya  mengurangi kebiasaan tersebut dan mencoba sesuatu yang baru seperti memasak sendiri di rumah. Jika biasa memanggil tukang untuk memperbaiki/membereskan rumah, sekarang mencoba melakukannya sendiri. Mumpung punya banyak waktu di rumah.

Kedua, kita perlu mengubah pola kerja yang dapat memberikan pemasukan. Satu pintu tertutup sehingga pintu lain dapat terbuka. Memang tidak mudah mengubah kebiasaan. Namun walau sedikit baik untuk dilakukan. Pedagang yang biasa menjual dagangan di pasar dapat mengubah metode penjualan secara online. Ojek dan taksi online yang dibatasi membawa penumpang dapat beralih membawa barang atau makanan.

Perubahan dapat dikembangkan lebih luas lagi dan bahkan mendorong kita untuk menemukan potensi diri yang selama ini tersembunyi. Setelah kita mencoba memasak makanan sendiri, kita baru sadar ternyata masak itu menyenangkan dan hasil masakan cukup enak. Selama di rumah mencoba membuat tulisan lalu menyadari bahwa menulis itu menyenangkan. Atau mencoba membuat barang-barang tertentu lalu berhasil. Kondisi “stay at home” dapat menjadi momen untuk menemukan peluang baru. Peluang yang mungkin saja menjadi sumber penghasilan yang baru.

Ketiga kita perlu tetap memiliki pikiran positif. Kondisi ini belum dapat dipastikan kapan berakhir. Ada yang memberikan prediksi bahwa akhir April sampai Mei merupakan puncak kasus positif di Indonesia. Pada situasi seperti saat ini diperlukan pikiran positif sehingga pikiran tidak dipenuhi oleh kecemasan yang berlebihan. Semua lapisan masyarakat terdampak oleh pandemik ini. Semua orang sedang berjuang untuk bertahan sehingga roda ekonominya tetap berputar. Kita perlu tetap mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mengatasi pandemik ini walaupun ada ruang pro-kontra. Semoga situasi segera kembali normal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun