Tulisan yang dibuat sebagai sarana menuangkan isi kepala di luar urusan kerjaan ini, mencoba mengungkap keterhubungan alam, kamu, dan aku.. ya setidaknya mencoba :)
Keterhubungan? Ya, bukankah kita bertiga (yah aku dengan sengaja menggunakan diksi; kita), tidak saling mengenal (awalnya)? Kalau pun ada yang mengenal dari kita bertiga, bukankah itu hanya alam; alam dan tentunya di dalamnya terdapat "Alam Semesta", yang mengenal dirimu dan diriku..
Dan di sisi lain, kita (masing-masing sebagai individu) yang ingin mengenal alam dan tentunya disadari atau tidak mencoba mengenal (lebih) diri sendiri melalui alam dan bersama alam..Tak pelak rasanya, alam seketika menjadi benang merah diantara kita berdua; aku dan kamu.
Kemudian atas seizin "Alam Semesta", sepertinya alam bawah sadar kita mendorong agar kita menghabiskan sekian jam waktu dalam hidup kita bersama alam.. Dan kala itulah, kita bertemu..Pertemuan yang diawali kesamaan;
Karena dan bersama alam, sekian jam dari waktu yang diberikan Sang Empu-nya hidup, kita habiskan di tengah dan bersama alam..
Sejenak berhenti melangkah? Tentu tidak, karena bukankah bahkan dalam pikiran dan hati, kita masing-masing dapat tetap melangkah..Ya melangkah yang berarti juga; nda hanya berjalan di tempat..Soal melangkah, semoga kan selalu langkah yang menapak baik oleh hati, pikiran, dan kaki tuk kebaikan dan kemajuan; selaras dengan wejangan-wejangan yang telah digariskan-Nya..
Soal melangkah, tiba-tiba jadi ingat sebuah anonymus; konon bumi ini milik mereka yang mau berhenti sejenak untuk melihat-lihat lalu meneruskan perjalanan. Dan bagiku, berhenti sejenak itu amat indah jika dilakukan di tengah alam. Dan mengenai tersebut, teringat Eros bersama Okta dalam lagunya berjudul Gie, diantaranya mengatakan; "Berbagi waktu dengan alam, kau akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya, hakikat manusia.."
Kemarin, dalam satu kicauan aku sempat mengatakan; "kembali kepada alam dan mencintai karena alam.. karena alam dan bersama alam, ada rasa serta cinta.." Dan sore ini, aku mengatakan lebih khusus bersama gunung dan laut yang menjadi bagian dari alam, kita kembali sekaligus belajar. Kembali belajar, belajar kembali menemui bukan saja alam tetapi diri sendiri..
Soal belajar, aku sempat berkicau yang niatnya sebagai wujud refleksi atas menghabiskan waktu dengan alam serta aku dan kamu; "belajar.. adakah pekerjaan rumah (PR) abadi dalam hidup selain belajar? sepertinya tidak..belajar bahkan dalam hal memberi & menerima..ya mau tidak mau, belajar dengan prosesnya, dilakukan & berjalan.. melangkah hingga berenang, bukankah juga didahului belajar..dan jelang sore ini, bahkan melalui kronik, diri kita tengah belajar. soal apa? tanya hati dan pikiran, sudah ada jawab di sana..karenanya terima kasih, terima kasih untuk segala terutama berkenan belajar bersama meski dengan atau tanpa disadari.."
Masih teringat jelas bagaimana diri melangkah setapak demi setapak di tengah alam bebas; dan kenangan itu buatku kala sekarang, saat itu hanya ada kita bertiga ya alam, kamu, dan aku..Tentu ada orang lain yang telah mendahului maupun menyertai kami kala itu..Toh biar bagaimana pun "panggilan" dari alam itu begitu kuat..Tetapi kembali mengenai antara alam, kamu, dan aku, setidaknya saat tulisan dibuat betapa aku bersyukur telah diberikan kesempatan melalui dan bersama segala hal kala itu..
Seperti yang sempat dikatakan Anton Chekov, Penulis asal Rusia; "ada kalanya tidak perlu pikirkan menang atau kalah." Dan bisa jadi, kala itu pun hingga kini, aku bahkan kami berdua, tengah berada pada posisi sikap yang diambil Chekov? Entahlah..Setidaknya demikian yang ku rasa..
Mengutip Rabinath Togore, Penulis asal India dan penjadi penulis pertama dari luar Eropa yang menerima Nobel Prize in Literature pada 1913, dalam Tukang Kebun lirik ke-31 mengatakan; "Hatiku, burung rimba raya itu,mendapatkan langitnya di matamu. Matamu itu buaian pagi, ia kerajaan bintang-bintang. Nyanyian hilang di dalamnya. Biarlah aku terbang membumbung di langit itu,dalam keluasannya yang sunyi,tak berwatas. Biarlah aku menguakkan awannya dan mengambangkan sayap di sinar suryanya." Jadi, tetaplah tersenyum bahkan dengan (sorot) mata(mu)..Dan karena itu pula serta bersama alam, malam ini aku kembalikan segala antara alam, kamu, dan aku, kepada Sang Empu-nya alam..Terima kasih..
Tetaplah semangat dan ingatlah tuk tersenyum..
Jakarta Sarinah, 22 November 2013 (19.45)
Berkah dalem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H