Aku termangu menatapnya lewat jendela kelas, menikmati betapa sempurnanya pahatan tangan Tuhan atas ciptaannya yang satu ini. Dari ribuan orang yang berada dalam kampus ini hanya dia yang mampu membuatku terpana sebegini rupanya, entah sudah berapa lama namun jika ku telaah sepertinya sudah genap dua tahun aku menaruh kagum bahkan jatuh dan cinta pada sosoknya berkali-kali.
Bersama teman-temannya mereka saling melempar candaan hingga membuatnya tertawa lepas membuat wajahnya semakin terlihat begitu rupawan, astaga seperti inikah jatuh cinta yang sesungguhnya ? Sampai-sampai tawa sederhana darinya saja sukses membuatku terpana.Â
Aku tidak pernah menyesal mengagumi nya karena sosoknya yang sangat berbeda jauh dengan lelaki-lelaki yang pernah kutemui. Caranya berbicara, memperlakukan, dan bertindak untuk perempuan sangatlah lembut dan begitu menghanyutkan. Sayangnya sudah ada seorang perempuan beruntung yang tinggal dan mengisi hati dan cintanya.
Tengah-tengah lamunanku mata, kita tiba-tiba saja saling menatap lalu sepersekian detik kemudian dia menyunggingkan senyum tanda bahwa dia sedang menyapa ku. Jantungku berdebar lebih kencang dari sebelumnya, lantas aku langsung menyentuh dadaku sembari balas senyum dengan anggukan pelan.
"Selamat pagi teman-teman"Â
Ah ternyata dosen sudah berada dalam ruangan, baiklah mari hentikan kekaguman ini untuk sementara. Kembali kepada kenyataan bahwa sampai kapanpun aku akan tetap dengan status pengagum bukan "pemilik".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H