Sesekali melantungkan kebenaran yang intuitif, aku mencoba meraba-raba apakah resikonya akan besar. Sebenarnya aku benci kebenaran yang bersumber dari mulut manusia, apa yang terucap selalu penuh dusta dan muslihat.Â
Ini tidak hanya bagi mereka yang menata barisan rapi, tegak dan berisi, bermulut busa dengan sebaris kata yang penuh harap, tapi mereka yang melantungkan nyanyian fajar sore pun ingin menyapa dengan kata syukur meskipun tak bernada harap, sekilas menyapa.Â
Ku rasa mereka terlalu nyata untuk diabaikan, tetapi terlalu berbeda untuk ditoleransi, Â ingin mengingat rupa yang hilang namun kebenaran menggugat rupa dan nama yang tertera di barisan paling atas.Â
Menyapa rupa dari timur...
Sulit mengingat rupa, senja mengaburkan dan lambat laun mengambilnya.Â
mereka para penyuap tak bertuan, membawa raja-raja kecil bermunculan dan berdiri sendiri.Â
Apa mereka akan membawa kembali rupa itu, kurasa tidak?
hanya akan ada kesepakatan palsu dari yang tak bertuan, dan ambisi raja-raja kecil untuk mengambil rupa dari timur dan menjualnya kepada Raja sesungguhnya.
Hingga akhirnya fajar dari timur hanya akan menyapa rupa yang tidak terlihat.Â
Dan fajar dari timur menjadi seorang skeptis yang mulai menghibur dirinya sendiri
Raja-raja kecil mulai menggenggam masa depan dengan tangan kreatif.Â
Sejak awal, tidak ada yang lebih asing, lebih menjijikkan, selain dari raja-raja kecil itu. Seni kebenaran yang ditampilkan hanyalah kepalsuan, kepalsuan yang siap menerkam rupa-rupa kecil yang bernada harap.Â
Fajar ingin selalu menyapa, namun hanya menjadi rupa modern, yang sesak napas dalam segala hal! ada keheningan yang tidak disengaja ketika rupa ingin menyapa dan  dalam keragu-raguan mengintip dari jeruji tak bercela.
Ketakutan rupa, yang mulai mudah dibungkam oleh penilaian orang lain, dia mendengar dengan wajah tak tergerak bagaimana  orang mengambil itu darinya. Ada kultus penderitaan yang teratur yang sengaja mencoba membawa tawa ke dalam reputasi buruk di semua pikiran yang berpikir.
Rupa mulai menaruh syak pada tawa "Tertawa adalah buruk", katanya disuatu senja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H