Mohon tunggu...
Marthin Budi Laksono
Marthin Budi Laksono Mohon Tunggu... -

just me

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Buswayku Tak Senyaman Dulu

16 Agustus 2012   02:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:42 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya baru naik busway atau bus transjakarta, Rabu kemarin (15/8), setelah sekian lama tak naik moda transportasi massal andalan Jakarta ini. Saya dan istri naik dari halte Benhil hendak menuju ke kawasan Pasar Pagi Mangga Dua untuk sebuah urusan penting. Sebuah perjalanan yang cukup panjang, di tengah kondisi siang yang terik dan lalu lintas yang macet. Suasana kurang menyenangkan sudah terasa sejak kami menginjakkan kaki di halte busway Benhil. Halte yang tampak kotor itu terasa pengap karena panasnya udara siang itu. Deru kipas angin tak mampu mengusir rasa penat para calon penumpang yang berpeluh, menunggu datangnya bus. [caption id="attachment_200488" align="alignnone" width="300" caption="buswayku"][/caption] Setelah membeli 2 karcis, kamipun antre untuk masuk bus. Namun sayang, bayangan saya tentang perjalanan dengan busway yang aduhai mulai tergerus. Kondisi busnya ternyata tak senyaman dulu. Pintunya sudah mulai reot, sehingga tidak bisa tertutup dengan baik, akibatnya hawa panas dari luar menerobos masuk menerpa muka saya, menghalau sapuan udara AC yang tampaknya memang mulai berkurang sejuknya. Belum lagi suara gaduh reotnya kondisi bus (kalau tidak salah nomor 022) yang tampak compang camping, baik dari luar maupun dari dalam. Beberapa mur di tiang penyangga pun copot sehingga tidak aman untuk berpegangan. Kini juga tak ada lagi suara merdu dari mesin destinasi. Papan penunjuk destinasi itupun sudah mati dan terlihat kabel menjulur. Alhasil penumpang harus berhati-hati jika tak ingin kesasar atau terlewati halte yang ditujunya.  Ada sih petugas "onboard" yang terkadang meneriakkan destinasi terdekat, kalau tak lagi malas. Karena harus menuju kawasan Mangga dua yang berbeda jurusan dari bus sebelumnya, kamipun turun di halte Harmoni. Kondisi di tempat ini juga sama, panas dan kotor tak terawat. Bahkan beberapa bagian kaca jendela pecah. [caption id="attachment_200489" align="alignnone" width="300" caption="Halte Harmony"]

1345084837613671310
1345084837613671310
[/caption] Yang juga terlihat sama adalah pintu menuju bus yang kini tak pernah ditutup. Padahal setahu saya, dahulu pintu ini didesain terbuka dan tertutup secara otomatis demi keamanan para calon penumpang yang keluar masuk dari bus. Jadi berhati-hatilah, saat antrean memanjang dan calon penumpang mulai berdesak-desakan, bisa-bisa mereka yang berdiri paling depan terjatuh karena terdorong calon penumpang dari belakang yang kelihatannya tak terbiasa mengantre rapi seperti di negara lain. Setelah antre cukup lama, kamipun naik busway 024 menuju Mangga Dua. Kondisi bus inipun sama, bobrok, meski tetap kelihatan tabah melintasi jalur busway yang masih kerap diserobot oleh kendaraan lain yang tak mau peduli. Pengalaman kurang menyenangkan itu tak membuat kami memilih moda transportasi lain, saat berjalan pulang. Setelah selesai berurusan dengan BII, kamipun naik bajaj menuju ke halte Kota, halte pusat busway di bagian ujung utara. Dulu (waktu masih baru diresmikan) halte ini rasa-rasanya sangat rapi dan unik, lantaran ada lorong bawah tanah yang menyambungkan pintu di dekat stasiun menuju ke halte busway di seberangnya. Tapi sekarang, aduhai kotor dan kusamnya. [caption id="attachment_200490" align="alignnone" width="300" caption="Lorong halte Kota"]
13450848861488715403
13450848861488715403
[/caption] Kamipun terbengong bengong ketika bertanya pada seseorang, mana pintu masuk menuju lorong busway?, karena yang ditunjuk adalah pagar besi yang dibobol, waduh!. Memang tak jelas mana pintu resminya, jadi kamipun merunduk masuk lewat pagar besi yang bolong dan menuju lorong. Sampah, pedagang kaki lima, pengemis dan pengamen terlihat di sana-sini. Suasana sama sekali tak tertib dan tidak nyaman. Lorong yang setahu saya dulu sangat menyenangkan untuk dilewati kini terlihat kumuh. Terlihat dua orang turis asing yang berpeluh,  hanya bisa geleng-geleng kepada melihat kondisi ini. Dengan mandi keringat, kamipun sampai di dalam busway yang kali ini terasa agak lebih dingin., wow!. Semoga kondisi busway kita ini kembali dipedulikan pengelola dan pemerintah. Jangan sampai transportasi massal andalan ini didukung armada yang reot, sebelum ada ganti moda transportasi massal yang lain. Teringat berita tentang awak Transjakarta yang mogok dan berdemo memprotes pembayaran THR yang telat beberapa hari lalu. Semoga itu bukan pertanda buruknya pengelolaan bus kebanggaan warga Jakarta ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun