Hana wanita yang menerima kenyataan pahit karena sering di bully oleh Penina dan hanya menerima satu bagian harta dari Elkana suaminya. Tapi Penina menerima banyak bagian harta  dari Elkana yang adalah suaminya juga. Perbedaan status sosial telah membuat Hana di kucilkan bertahun tahun bahkan dia di sebut si mandul. Memiliki dua istri bukanlah hal yang mudah bagi Elkana  untuk memberi rasa keadilan materi dan kasih sayang. Karena Elkana telah terbiasa memanjakan Penina dengan harta benda, tapi tidak memberikan rasa cinta sepenuhnya. Hana tidak di manjakan dengan harta benda tapi perasaan dan rasa cinta Elkana begitu mendalam kepada Hana, walau Hana belum memberikan keturunan kepadanya.  Â
Elkana seorang lelaki yang taat pada kepercayaannya, selalu mempersembahkan korban kepada Eli di Silo setiap tahun, dan setiap kali mau pergi ke Silo selalu bersama dengan kedua istrinya. Ini adalah kesekian kalinya Hana mengikuti suaminya untuk mempersembahkan korban. Saat berada di pelataran bait suci Hanna mulai komat kamit menaikkan doa kepada TUHAN, dan airmatanya mulai menetes mengingat akan kelakuan dari Penina yang telah membuatnya sakit hati yang begitu dalam, tapi untunglah Hana mempunyai iman yang kuat sehingga tidak sampai menjadi gila atau sakit yang berkepanjangan.Â
Dalam doanya Hana membuat syarat apabila TUHAN memberikan anak kepadanya maka anak itu akan di serahkan kepada TUHAN sebagai pelayan TUHAN. Seiring waktu berjalan TUHAN membuka kamdungan Hana sehingga bisa hamil, betapa senanngnya Elkana melihat Hana bisa hamil dan melahirkan seorang anak laki laki.
Nama anak ini Samuel yang artinya ''aku telah memintanya dari pada TUHAN'',setelah anak ini cerai susu dari Ibunya maka Hana dan Elkana membawanya kepada Imam Eli di Silo untuk di serahkan kepada TUHAN menjadi pelayan TUHAN seumur hidupnya, di bawah didikan Imam Eli.
Hana telah mengakhiri penderitaannya dengan manis karena percaya kepada TUHAN, dan tidak tergoda untuk menyiksa diri atau membalas dendam atas semua perbuatan Penina agar dirinya merasa puas, Hana telah menunjukkan citra perempuan  seutuhnya, di sakiti tapi tidak membalas, jadi teringat kisah maling kundang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H