Mohon tunggu...
Reni Marthauli
Reni Marthauli Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga Yang Suka Membaca dan Menulis

Simple Woman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memperkenalkan Wayang sebagai Regenerasi di Usia Dini

2 Agustus 2012   01:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:20 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_197628" align="aligncenter" width="496" caption="Dalang Bocah | sumber: warisanindonesiadotcom"][/caption] Wayang adalah salah satu warisan budaya yang ada di Indonesia yang telah mendunia. Namun seiring perkembangan jaman, kini wayang jarang kita nikmati dan sulit untuk ditemui. Sebagai bangsa yang kaya akan budaya, sudah tidak aneh kalau kita acuh tak acuh sama budaya yang kita miliki, namun jika ada salah satu negara yang mengklaim kebudayaan kita, baru kita kelabakan kaya kebakaran jenggot. Melalui Festival Dalang Bocah yang diadakan di dedung BI pada tanggal 5 sampai 7 Juli 2012, diharapkan kegiatan tersebut bisa mengangkat warisan budaya kita yang lambat laun sudah tergeser oleh kemajuan teknologi yang instan. Saya sangat mendukung sekali dengan PEPADI ( Persatuan Pedalangan Indonesia) yaitu  organisasi profesi yang independen, beranggotakan para pedalang, pengrawit, swarawati, pembuat wayang dan perorangan yang memenuhi persyaratan tertentu. Disebut organisasi profesi karena PEPADI mewadahi kegiatan seni pedalangan yang merupakan keahlian berkesenian khusus, sebagai sarana pengabdian dan peningkatan kualitas hidup para seniman pewayangan dan pedalangan. Disebut independen karena PEPADI merupakan organisasi seni pewayangan dan pedalangan yang merupakan milik dari semua orang golongan, aliran dan seluruh strata masyrakat Indonesia. Dengan adanya Festival Dalang Bocah ini, saya jadi teringat sekolah di kampung halaman saya di Bandung, ada sekolah yang mengangkat kebudayaan seni wayang, dimana kegiatan ini sudah menjadi ekstra kurikuler yang wajib dan nilainya diseretakan dalam raport yaitu membuat seni pahat membuat wayang. Ada satu cerita, ketika kakak saya hendak mau selamatan acara 7 bulanan, sebagai orang sunda yang lekat dengan tradisi, salah satu persyaratannya harus ada satu butir buah kelapa yang kiri kanannya di gambari wayang, seperti arjuna dan shinta, mitosnya adalah biar kelak anak yang dilahirkan menjadi tampan dan cantik seperti yang ada dalam tokoh pewayangan yang di gambar dalam sebutir kelapa tersebut yang akan di belah oleh bapak dari calon si jabang bayi. Kamipun tak perlu repot untuk mencari orang untuk menggambar tokoh wayang tersebut, Kebetulan ade sepupu saya sudah terbiasa memapahat wayang, karena dulu  disekolahnya ada ekskul seni pahat wayang. Sungguh luar biasa bukan ?? Ternyata ilmu yang diterapkan bisa bermanfaat dan menjaga warisan budaya bangsa. Seperti MISI dari PEPADI

  • Menjaga jati diri seni pedalangan yang adi luhung sebagai sarana pendidikan masyarakat untuk meningkatkan ketakwaan dan budi pekerti luhur (akhlaqul kharimah).
  • Meningkatkan kualitas dan kaderisasi SDM (dalang, pengrawit swarawati dan pembuat wayang) agar tumbuh dan berkembang sebagai tenaga profesi yang handal.
  • Meningkatkan mutu seni pedalangan agar selalu tanggap menghadapi tantangan jaman.
  • Meningkatkan apresiasi masyarakat, utamanya generasi muda terhadap seni pedalangan.
  • Meningkatkan kesejahteraan anggota.

Menanamkan tradisi wayang pada anak-anak dengan baik dan benar tentunya akan sangat berpengaruh besar pada pembentukan kebudayaan di sebuah generasi. Karena seperti yang kita ketahui kita hanya mengetahui secara teknis dan menjadikan wayang sebagai mainan anak-anak dan pajangan saja. Sejak kecil saya sama keluarga saya sudah diperkenalkan dengan seni wayang, tontonan keluarga yang sangat menghibur dan mendidik menurut saya, karena penggalan kisah yang disajikan tidak hanya sekedar humor, tetapi ada nilai positifnya juga. Pemain dalang yang saya kenal adalah mereka yang telah dewasa, namun kini hadir dalang bocah sebagai regenerasi tradisi. Sebuah inovasi yang mendidik buat karya anak bangsa untuk melestarikan warisan budaya bangsa dengan hadirnya Festival Dalang Bocah ini, Tidak mudah memang menempatkan wayang ditengah - tengah jaman yang serba instant dengan teknologi yang serba canggih, khususnya buat anak-anak agar wayang tidak berjalan di seputar dunia pewayangan saja. Tanpa rakyat dan masyarakat, wayang tak akan ada apa-apanya kutip Pak Onang Surnaryono yang merupakan  Ketua Pelaksana Festival Dalang Bocah 2012. *** [caption id="attachment_197626" align="aligncenter" width="450" caption="Dalang Bocah Competition"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun