(versi laki-laki)
Aku terlalu takut. Bukan, bukannya aku takut kamu tidak membalas perasaanku ataupun malah mengacuhkan semua rasa ini. Tapi takut untuk kehilanganmu, kehilangan saat-saat kebersamaan kita tak kala semua telah terucap. Memang merupakan suatu hal yang bodoh ketika aku berusaha memendam perasaanku kepada seseorang yang jelas-jelas mencintaiku.
Kamu.. Seseorang yang selalu hadir dalam setiap lamunanku. Seseorang yang selalu kuceritakan kepada semesta, bahwa kamu yang selalu membuat hari-hariku lebih bermakna. Seseorang yang selalu mengajarkanku arti sebuah kesabaran dan kebijaksanaan. Kamu.. Seseorang yang selalu kusebut dalam setiap untaian do'a, berharap Tuhan yang menjadi perantara atas semua ini.
Bukankah untuk mendapatkan suatu hal yang berharga perlu ada usaha? Tetaplah berusaha dan teruslah bersabar. Tak usah gelisah, cinta memang tak perlu tergesa-gesa. Seperti halnya masalah hati, bukan kita kalah untuk mendapatkannya tetapi kita menunggu saat yang tepat agar tak sembarangan dalam bertindak.
Untukmu yang kini berhasil menguasai hatiku. Mungkin saat ini kita dipisahkan oleh jarak, waktu maupun keadaan. Maafkan aku belum bisa berterus terang kepadamu. Biarkan aku menjaga perasaan ini. Menjaga hubungan baik di antara kita. Aku yakin jodoh tak akan tertukar jika kita memang ditakdirkan untuk bersama. Kumohon bersabarlah, izinkan aku memperbaiki diri terlebih dahulu agar suatu saat nanti mampu menjadi pasangan terbaik di hidupmu. Yang akan selalu menjaga dan merawatmu dengan sepenuh hati. Yang kelak menjadi pelita dan petunjuk di tengah gelapnya cahaya kehidupan.
[Puisi]
Kepadamu yang membuatku jatuh cinta.
Di setiap sujudku diam-diam aku menyelipkan namamu.
Nama yang selalu kusebut dalam setiap bait doa di sepertiga malamku.
Aku masih mempertanyakan rasa yang datang tiba-tiba ini.
Rasa yang entah akan tersampaikan atau tetap akan tersimpan.