Mohon tunggu...
marsya Kayla sabina
marsya Kayla sabina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi saya memasak dan membuat kue dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seni Retorika dalam Dakwah: Memahami Peran Adab dan Ilmu

28 Juni 2024   15:00 Diperbarui: 28 Juni 2024   15:12 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin dan Marsya Kayla Sabina
Dosen Retorika Dakwah dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Retorika dakwah digunakan untuk membuat pesan dakwah lebih atraktif, menarik, dan estetis. Memang benar, dakwah memerlukan retorika sebagai seni berkomunikasi, baik verbal maupun nonverbal. Tanpa retorika, dakwah ibarat sayur tanpa garam, hambar.

Selain itu, retorika dakwah juga bertujuan agar ceramah lebih berbobot. Dalam retorika, pesan harus disampaikan dengan bahasa baku, berbasis data dan riset. Ceramah yang berbobot ini sesuai dengan audiens yang semakin rasional dan kritis.

Retorika dakwah juga digunakan agar pesan dakwah lebih informatif, persuasif, dan rekreatif, karena ketiga aspek tersebut adalah tujuan utama retorika. Dengan begitu, pesan dakwah tentang akidah, syariah, dan akhlak dapat lebih mudah diterima dan dipahami oleh audiens, seolah-olah mereka disajikan menu lengkap.

Tak kalah penting, retorika dakwah memungkinkan dai menerapkan pathos, logos, dan ethos dalam berdakwah, tiga jenis retorika yang diperkenalkan oleh Aristoteles. Ketiga elemen ini meningkatkan performa dai dan berdampak positif pada respons audiens. Metode dakwah apapun yang digunakan, pathos, logos, dan ethos seharusnya selalu disertakan.

Retorika dakwah juga dianggap penting karena memperhitungkan audiens yang kini berkembang menjadi mad'u online. Untuk menjangkau mereka, retorika memperkenalkan komunikasi nonverbal, yaitu berdakwah melalui perangkat digital. Dalam komunikasi nonverbal, dai dapat berdakwah dengan menggunakan gerakan tubuh dan bahasa tubuh baik secara langsung maupun virtual.

Terakhir, retorika dakwah harus digunakan karena berdakwah memerlukan tahapan tertentu. Dalam retorika, ada lima tahapan pidato yang dapat diaplikasikan dalam berdakwah: penemuan (inventio), penyusunan (dispositio), gaya (elocutio), memori (memoria), dan penyampaian (pronuntiatio). Dalam ilmu dakwah, lima tahapan ini dikenal sebagai teknik dakwah.

Namun, dakwah retorika dipahami sebagai dakwah yang hanya mengandalkan retorika saja. Dakwah retorika seringkali digunakan untuk tujuan tertentu seperti prestasi politik, pencapaian ekonomi, dan gengsi sosial, serta lebih dianggap sebagai alat yang dieksploitasi dengan gaya bicara yang memukau.

Karena itu, dakwah retorika harus ditinggalkan dengan beberapa pertimbangan. Pertama, dakwah adalah amanah yang berasal dari langit. Banyak ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi yang mendukung hal ini. Menjadikan dakwah sebagai retorika semata akan menghilangkan ruh dakwah itu sendiri.

Kedua, dakwah adalah ibadah ghair mahdhah yang memiliki efek positif bagi manusia di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, siapapun yang berdakwah harus memiliki niat yang benar. Dakwah adalah tujuan antara, tujuan sebenarnya adalah meraih ridha Allah yang dapat mengundang rahmat-Nya.

Jadi, retorika dakwah berbeda dengan dakwah retorika.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun