Mohon tunggu...
Marsya Habibah
Marsya Habibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penulisan dalam fase pemula

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Novel Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya

21 Juli 2024   13:00 Diperbarui: 21 Juli 2024   13:10 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Identitas Novel
Judul Novel: "Bila Malam Bertambah Malam"
Pengarang Penulis: Putu Wijaya
Penerbit: PT Dunia Pustaka Jaya
Tahun Terbit: 1971
cetakan pertama pada tahun 1972
cetakan kedua pada tahun 2003

Edisi Elektronik: 2018
Genre: Sastra, Drama
Halaman: 130-140 (tergantung edisi)
ISBN: 979-419-169-8

Sinopsis
Novel "Bila Malam Bertambah Malam" merupakan karya dari sastrawan Putu Wijaya. Novel ini mengisahkan seorang janda tua bernama Gusti Biang  yang berasal dari Tabanan, Bali.  Ia mempunyai seorang anak yang bernama Ratu Ngurah. Gusti Biang merupakan mantan istri bangsawan yang meninggal saat perang. Gusti Biang tinggal di Istana bersama seorang pelayannya yang sudah tua yang dikenal dengan nama 'Wayan Tua' dan putrinya yang bernama 'Nyoman'. 

Mereka melayani Gusti Biang dengan setia di istana, karena merasa berhutang budi pada almarhum suami Gusti Biang. Nyoman dan Wayan telah tinggal dan merawat Gusti Biang selama 18 tahun. Meskipun telah mengabdi selama itu, mereka harus menanggung hinaan, cemoohan, dan caci maki setiap hari. Gusti Biang merasa bahwa ia memiliki hak untuk merendahkan orang lain, termasuk para pelayan seperti Nyoman dan Wayan.
Suatu hari, Nyoman memberikan obat kepada Gusti Biang yang sedang sakit, tetapi obat tersebut dibuang. Gusti Biang menuduh Nyoman memberinya racun dan menyiksanya dengan cacian dan pukulan menggunakan tongkat gading miliknya. Nyoman tidak tahan lagi tinggal di Istana bersama Gusti Biang dan anaknya itu karena perlakuannya yang membuat Nyoman dan Mayan menderita setiap hari. Akhirnya, Nyoman dan Wayan memutuskan untuk meninggalkan  istana dan Gusti Biang berserta anaknya.
Beberapa waktu kemudian, Gusti Biang sangat terkejut saat anaknya pulang. Meskipun senang dengan kepulangannya, Gusti Biang marah karena cincin peninggalan ayahnya yang diberikan ke anaknya sebelum pergi tidak ada di tangannya. Gusti Biang menyalahkan anaknya sebagai anak durhaka karena tidak bisa menjaga barang berharga itu. Ratu Ngurah, memberitahu alasannya pulang adalah untuk mengawinkan Nyoman. Gusti Biang menolak dengan tegas karena perbedaan kasta yang menurutnya masih relevan dalam nilai-nilai kebangsawanan yang dipegang teguhnya. Ratu Ngurah berpendapat bahwa perbedaan kasta sudah tidak relevan lagi di zaman sekarang.
Wayan, yang sebenarnya adalah ayah Ratu Ngurah, memutuskan untuk mengungkapkan kebenaran kepada Ratu Ngurah. Dia menjelaskan bahwa sebenarnya dia adalah ayah biologis Ratu Ngurah dan tidak ada hubungannya dengan bangsawan yang telah meninggal yang memiliki 15 istri. 

Wayan mengaku bahwa alasan dia tinggal dan mengabdi di puri itu selama bertahun-tahun adalah karena cintanya kepada Gusti Biang, dan dia tidak ingin kisah cintanya yang dihalangi oleh perbedaan kasta terulang pada Ratu Ngurah. Setelah mendengar pengakuan dari Wayan, Gusti Biang merasa malu dan akhirnya memberikan restu untuk perkawinan antara Ratu Ngurah dan Nyoman.

Kelebihan
Novel ini memiliki gaya bahasa yang khas, karena terdapat unsur kedaerahan Bali yang sangat kental. Novel ini juga mendeskripsikan kebudayaan Bali dengan realistis, sehingga membuat pembaca dapat menghayati perasaan tokoh serta suasana yang ada dalam cerita. Selain itu, novel ini mengangkat tema-tema yang relevan dengan kehidupan modern, seperti problematik sosial.

Kekurangan
Terdapat beberapa bagian cerita yang hanya pantas bagi orang remaja atau lebih tua, karena mengandung unsur kekerasan. Penulis  terkadang memainkan struktur naratifnya dengan non-linear sehingga membuat beberapa pembaca sulit memahami alur cerita. Penulisan yang kompleks dan penuh dengan simbol-simbol serta metafora menjadi kekurangan bagi pembaca yang tidak terbiasa atau mencari cerita yang lebih langsung dan jelas.

Kesimpulan
Kesimpulan dari novel "Bila Malam Bertambah Malam" karya Putu Wijaya menggambarkan kompleksitas kehidupan modern dengan segala ambiguitas, kekosongan, dan alienasi yang dialami oleh tokoh-tokohnya. Melalui gaya naratif yang penuh simbolisme dan kompleks, novel ini mengeksplorasi konflik internal, eksistensialisme, dan pencarian makna hidup di dalam dunia yang semakin menjauhi nilai-nilai tradisional. 

Tokoh-tokohnya hidup dalam ketidakpastian dan ketidakpuasan yang mencerminkan kebingungan dan kekosongan spiritual yang sering kali menghantui manusia pada zaman modern. Dengan demikian, novel ini memberikan refleksi yang dalam tentang kondisi eksistensial manusia dalam konteks zaman yang kompleks dan bergerak cepat.

Saran
Berikut beberapa saran untuk meningkatkan novel "Bila Malam Bertambah Malam" karya Putu Wijaya:
1. Penjelasan yang Lebih Sistematis: Karena gaya naratif novel ini kompleks dan penuh dengan simbolisme, disarankan untuk memberikan penjelasan yang lebih sistematis terhadap simbol-simbol dan tema-tema yang diangkat. Hal ini akan membantu pembaca untuk lebih memahami dengan jelas pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
2. Pengembangan Karakter yang Lebih Mendalam dan Konsisten: Meskipun fokus pada eksplorasi ketidakpastian dan ketidakpuasan dalam kehidupan modern, penting untuk mengembangkan karakter-karakter dalam novel ini dengan lebih mendalam dan konsisten. Dengan memberikan latar belakang yang lebih kaya dan motivasi yang jelas, pembaca dapat lebih terhubung dengan perjalanan emosional dan psikologis tokoh-tokoh tersebut.
3. Keterbacaan yang Ditingkatkan tanpa Mengurangi Kedalaman: Gaya bahasa yang digunakan sebaiknya tetap menggugah namun juga dapat dimengerti secara luas oleh pembaca. Menghindari kelebihan simbolisme yang dapat membuat alur cerita sulit diikuti atau membuat novel terasa terlalu rumit untuk dipahami.
4. Analisis Mendalam terhadap Tema-tema Utama: Memberikan analisis yang lebih dalam terhadap tema-tema utama seperti eksistensialisme, alienasi, dan pencarian makna hidup. Ini akan memberikan perspektif yang lebih dalam kepada pembaca tentang kompleksitas dan relevansi tema-tema tersebut dalam konteks zaman modern.
5. Integrasi Konteks Budaya dan Sosial yang Lebih Baik: Memperkaya cerita dengan penjelasan yang lebih luas tentang konteks budaya dan sosial di mana cerita berlangsung. Hal ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang latar belakang serta konflik-konflik yang dihadapi oleh tokoh-tokoh dalam cerita.
Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan novel "Bila Malam Bertambah Malam" dapat memberikan pengalaman membaca yang lebih mendalam dan menginspirasi bagi para pembacanya, sambil tetap mempertahankan kekuatan dan kompleksitas yang menjadi ciri khasnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun