Mohon tunggu...
Marsya Adeline
Marsya Adeline Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengatasi Keterbatasan DevOps: Strategi Integrasi Analisis Peforma Real-Time

18 Maret 2025   10:55 Diperbarui: 18 Maret 2025   09:05 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi DevOps (Sumber : https://www.freepik.com/)


Dalam dunia pengembangan perangkat lunak yang dinamis, integrasi antara operasi dan pengembangan (DevOps) telah menjadi aspek penting untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan sistem. "Closing the Loop Between Ops and Dev" oleh Wang, Casale, dan Iuhasz (2017) menyoroti pendekatan berbasis Model-Driven Development (MDD) untuk menjembatani kesenjangan antara operasi dan pengembangan, memastikan bahwa sistem dapat terus dioptimalkan berdasarkan analisis performa real-time.

DevOps dan Tantangan dalam Pengelolaan Kinerja Perangkat Lunak

DevOps menggabungkan tim pengembang dan operasi untuk mempercepat siklus pengembangan perangkat lunak dan meningkatkan kualitas produk. Namun, beberapa tantangan masih perlu diatasi, seperti:
1. Kurangnya Visibilitas Performa Real-Time -- Banyak organisasi kesulitan dalam mengakses data kinerja yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
2. Ketergantungan pada Estimasi Manual -- Parameter performa sering kali diatur berdasarkan perkiraan awal yang tidak diperbarui secara berkala.
3. Kebutuhan akan Otomatisasi Estimasi Performa -- Sistem yang berkembang pesat membutuhkan pendekatan otomatis untuk pemantauan dan optimasi performa.


Model-Driven Development dan Pengelolaan Kinerja Perangkat Lunak


Pendekatan Model-Driven Development (MDD) membantu mengurangi kesenjangan antara operasi dan pengembangan dengan:
1. Menggunakan Model untuk Menentukan Kebutuhan Kinerja -- Model yang diperbarui secara otomatis dapat memberikan wawasan yang lebih akurat.
2. Mengoptimalkan Alokasi Sumber Daya -- Dengan memahami pola penggunaan sistem, organisasi dapat mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien.
3. Meningkatkan Akurasi Estimasi Performa -- Algoritma statistik dapat digunakan untuk menyesuaikan model dengan data runtime yang terkumpul.

Arsitektur MODAClouds Filling-the-Gap (FG)


Untuk mendukung konsep ini, penelitian oleh Wang et al. (2017) memperkenalkan FG (Filling-the-Gap) tool, yang memungkinkan estimasi parameter performa secara otomatis. Arsitektur FG terdiri dari empat komponen utama:
1. Local DB -- Mengumpulkan data pemantauan runtime yang disimpan dalam format RDF.
2. FG Analyzer -- Mengolah data untuk memberikan estimasi parameter QoS (Quality of Service).
3. FG Reporter -- Menghasilkan laporan performa untuk membantu pengembang memahami kondisi sistem.
4. FG Actuator -- Memperbarui model QoS berdasarkan hasil analisis FG Analyzer.

Keunggulan FG Tool dalam DevOps


Penggunaan FG Tool dalam DevOps memberikan beberapa keunggulan utama:
1. Estimasi Performa Berbasis Data Real-Time -- FG Tool mengurangi ketergantungan pada asumsi manual dalam parameterisasi model QoS.
2. Dukungan untuk Multi-Cloud Environment -- Memungkinkan optimalisasi sistem berbasis cloud secara lebih fleksibel.
3. Reduksi Overhead Operasional -- Dengan otomatisasi pemantauan dan analisis performa, tim DevOps dapat lebih fokus pada peningkatan fitur.

Strategi Implementasi FG Tool dalam DevOps


Agar FG Tool dapat diadopsi secara luas, beberapa strategi berikut dapat diterapkan:
1. Integrasi dengan Pipeline CI/CD -- FG Tool dapat dimasukkan dalam pipeline Continuous Integration dan Continuous Deployment untuk analisis performa berkelanjutan.
2. Penggunaan Bayesian Inference untuk Prediksi Performa -- Menggunakan metode Bayesian untuk memperkirakan konsumsi sumber daya secara lebih akurat.
3. Penerapan pada Platform Microservices -- FG Tool dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan layanan berbasis microservices yang membutuhkan pemantauan intensif.

***
Integrasi antara operasi dan pengembangan dalam DevOps memerlukan pendekatan berbasis model yang lebih canggih. FG Tool menawarkan solusi untuk menjembatani kesenjangan ini dengan mengotomatiskan analisis performa perangkat lunak. Dengan strategi implementasi yang tepat, sistem perangkat lunak dapat menjadi lebih responsif, adaptif, dan efisien dalam menghadapi tuntutan pasar yang dinamis.


Referensi


Wang, W., Casale, G., & Iuhasz, G. (2017). Closing the loop between ops and dev. In E. Di Nitto, et al. (Eds.), Model-Driven Development and Operation of Multi-Cloud Applications (pp. 95-105). Springer. https://doi.org/10.1007/978-3-319-46031-4_10

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun