Mohon tunggu...
Marsya Adeline
Marsya Adeline Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Manajemen Sumber Daya Air Berbasis GIS: Tantangan dan Solusi Di Era Urbanisasi

7 Oktober 2024   07:05 Diperbarui: 7 Oktober 2024   08:12 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Daya Air (Sumber: https://www.freepik.com)

Manajemen Sumber Daya Air Berbasis GIS: Tantangan dan Solusi di Era Urbanisasi

Dalam era modern yang semakin kompleks, pengelolaan sumber daya air menjadi perhatian global yang mendesak. Air tanah, sebagai sumber daya penting bagi kebutuhan manusia dan ekosistem, sering kali terabaikan dalam strategi pengelolaan lingkungan. Berdasarkan artikel ilmiah yang ditulis oleh Opoku, Shu, dan Amoako-Nimako (2024), mereka menyoroti pentingnya mengidentifikasi zona air tanah potensial di cekungan karst Jinan, Tiongkok, dengan menggabungkan data hidrogeologi, Sistem Informasi Geografis (GIS), penginderaan jauh, dan metode Analytical Hierarchical Process (AHP). Artikel ini memberikan wawasan tentang bagaimana platform GIS dan teknologi terkait dapat digunakan untuk memetakan dan mengelola air tanah secara efektif di kawasan yang mengalami tekanan urbanisasi.

Fakta menunjukkan bahwa lebih dari 40% populasi dunia menghadapi masalah kelangkaan air (UNESCO, 2022). Situasi ini membuat pengelolaan air tanah menjadi semakin penting, terutama di wilayah yang sangat bergantung pada sumber daya ini, seperti cekungan karst Jinan. Di sini, air tanah menjadi sumber utama untuk kebutuhan domestik dan pertanian. Urbanisasi yang masif menyebabkan peningkatan permintaan air, tetapi juga berkontribusi terhadap penipisan sumber daya alam ini. Oleh karena itu, teknik yang efektif dalam mengelola dan melindungi air tanah sangat diperlukan.

Penggunaan teknologi GIS yang dipadukan dengan data penginderaan jauh dan analisis AHP memberikan solusi inovatif untuk memahami distribusi air tanah. Studi ini menyoroti bahwa integrasi berbagai teknologi ini menghasilkan pemetaan yang lebih akurat dan prediktif, yang penting untuk konservasi air. Lebih lanjut, validasi model yang dihasilkan menunjukkan hasil yang sangat akurat, menjadikannya relevan untuk aplikasi di seluruh dunia dalam upaya pengelolaan air tanah yang lebih baik.
***
Metode yang diterapkan dalam artikel karya Opoku et al. (2024) menggunakan kombinasi teknik Geographic Information Systems (GIS), penginderaan jauh, dan Analytical Hierarchical Process (AHP) untuk memetakan zona air tanah potensial. Penggunaan GIS dalam penelitian ini sangat strategis karena platform ini memungkinkan pemetaan spasial yang komprehensif dan visualisasi data lingkungan dalam skala besar. Melalui analisis GIS, data hidrogeologi seperti kedalaman air tanah, permeabilitas batuan, dan curah hujan dianalisis untuk memberikan representasi yang akurat tentang potensi distribusi air tanah di cekungan Jinan. Data penginderaan jauh yang digunakan memberikan input yang berharga, terutama dalam memantau perubahan penggunaan lahan dan kondisi iklim dari jarak jauh.

Yang membuat pendekatan ini istimewa adalah penggunaan AHP. AHP memungkinkan penilaian multi-kriteria, di mana berbagai faktor dapat diberi bobot berdasarkan tingkat kepentingannya dalam menentukan potensi air tanah. Proses ini melibatkan perbandingan berpasangan antara faktor-faktor seperti porositas batuan, curah hujan, dan permukaan air tanah, untuk kemudian menghasilkan peringkat zona dengan potensi air tanah tertinggi hingga terendah. Penggunaan AHP menghasilkan bobot prioritas yang jelas, mempermudah pengambilan keputusan bagi manajer sumber daya air.

Selain metode yang inovatif, artikel ini didukung oleh teori-teori terkait pengelolaan air tanah dan teknologi pemetaan spasial. Teori hidrogeologi klasik berperan sebagai dasar dalam memahami dinamika air tanah di daerah karst seperti Jinan, di mana permeabilitas batuan dan struktur bawah tanah sangat mempengaruhi distribusi air tanah. Cekungan karst dikenal memiliki jaringan akuifer yang kompleks, di mana air tanah bergerak lebih cepat di bawah tanah dibandingkan dengan daerah lain. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang hidrogeologi lokal sangat penting untuk validasi hasil pemetaan.

Teori lainnya adalah teori pengelolaan sumber daya air berbasis ekosistem, yang berfokus pada pendekatan yang lebih holistik dalam pengelolaan air tanah. Penelitian ini menekankan pentingnya memadukan faktor-faktor ekologi, sosial, dan ekonomi dalam manajemen air tanah. Dalam konteks ini, GIS dan AHP menjadi alat yang tepat karena mereka tidak hanya melihat dari perspektif ilmiah, tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan masyarakat setempat. Penerapan teknologi ini memungkinkan manajemen air tanah yang lebih efisien di wilayah-wilayah yang rentan terhadap penurunan kualitas dan kuantitas air.

Studi ini juga mengacu pada teori multi-kriteria pengambilan keputusan. Dalam pengelolaan sumber daya air, sering kali ada banyak faktor yang saling terkait dan bertentangan, seperti kebutuhan pertanian, kebutuhan domestik, dan kelestarian lingkungan. Melalui AHP, setiap faktor ini dapat diurutkan berdasarkan pentingnya, sehingga memungkinkan pendekatan yang lebih seimbang dan terukur dalam pengambilan keputusan. Artikel ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan AHP, daerah-daerah dengan risiko penurunan air tanah dapat diidentifikasi lebih dini, sehingga manajemen dapat memprioritaskan konservasi air di zona-zona yang paling rentan.

Sebagai kontribusi penelitian, Opoku et al. (2024) menunjukkan bahwa metode yang mereka kembangkan sangat akurat dalam memetakan zona air tanah potensial dengan validasi yang mencapai tingkat ketepatan tinggi. Data validasi yang mereka gunakan berasal dari observasi lapangan, yang memperkuat kredibilitas model pemetaan mereka. Hasil ini sangat relevan, terutama dalam konteks global di mana banyak daerah mengalami kelangkaan air akibat perubahan iklim dan eksploitasi berlebihan. Dengan validasi lebih lanjut, model ini dapat diterapkan di berbagai wilayah dunia yang menghadapi tantangan serupa, baik di Asia, Afrika, maupun Amerika Selatan.
***
Kesimpulan dari artikel karya Opoku, Shu, dan Amoako-Nimako (2024) adalah bahwa integrasi data hidrogeologi, GIS, penginderaan jauh, dan teknik AHP secara efektif mampu memetakan zona air tanah potensial di cekungan karst Jinan, Tiongkok. Model yang dihasilkan dari penelitian ini tidak hanya menunjukkan akurasi tinggi, tetapi juga memberikan landasan yang kuat untuk implementasi lebih lanjut di berbagai lokasi dengan tantangan serupa. Saran dari penelitian ini mencakup perlunya memperluas aplikasi metode ini di wilayah lain yang menghadapi masalah kelangkaan air, serta mengkombinasikannya dengan teknik pengelolaan air tanah yang lebih canggih untuk mencegah eksploitasi berlebihan.

Implikasi penelitian ini sangat besar, terutama dalam konteks global di mana kelangkaan air menjadi isu yang semakin mendesak. Dengan meningkatnya urbanisasi dan perubahan iklim, pengelolaan air tanah yang tepat menjadi kunci dalam memastikan keberlanjutan sumber daya ini. Metode berbasis GIS dan AHP yang ditawarkan oleh peneliti memberikan pendekatan yang inovatif dan praktis untuk pengelolaan air tanah secara holistik, mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, hasil penelitian ini dapat berperan penting dalam mendukung kebijakan dan perencanaan pengelolaan sumber daya air yang lebih baik di seluruh dunia.


Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun