Evaluasi Jaringan 5G: Apakah Anda Siap ?
Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, jaringan 5G menjadi inovasi signifikan yang berperan penting dalam pengembangan kota pintar (smart city). Teknologi 5G menawarkan kecepatan data yang sangat tinggi, latensi rendah, dan kapasitas koneksi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan jaringan sebelumnya. Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Banerjee et al. (2024), 5G diprediksi dapat menjadi tulang punggung utama dalam mendukung berbagai aplikasi kota pintar, terutama dalam pemanfaatan Internet of Things (IoT). Penggunaan IoT pada kota pintar memungkinkan sensor yang terhubung secara real-time untuk mengumpulkan data penting yang mendukung pengelolaan kota secara efisien.
Namun, meskipun potensi jaringan 5G sangat besar, penyebarannya masih terbatas. Hanya sekitar 80% populasi global yang diperkirakan akan mendapatkan akses 5G pada tahun 2028. Di Australia sendiri, meskipun negara tersebut termasuk salah satu yang terdepan dalam penerapan 5G, cakupan jaringan masih belum merata, dengan kota-kota besar seperti Melbourne menunjukkan penurunan ketersediaan sinyal di luar pusat kota. Oleh karena itu, salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana implementasi 5G yang masih terbatas ini dapat diandalkan untuk mendukung berbagai aplikasi dan layanan kota pintar yang memerlukan data secara intensif dan respons real-time.
Opini ini akan mengeksplorasi bagaimana jaringan 5G dapat memberikan dampak nyata bagi pengembangan kota pintar dan mengatasi berbagai tantangan teknis yang ada saat ini, berdasarkan hasil uji coba jaringan 5G pada aplikasi kota pintar yang dilakukan di kota Brimbank, Australia.
***
Pengembangan kota pintar berbasis 5G membuka peluang besar bagi optimalisasi layanan publik melalui penerapan IoT. Studi yang dilakukan oleh Banerjee et al. (2024) menunjukkan bahwa 5G memungkinkan transmisi data yang lebih cepat dan efisien, seperti penggunaan sensor yang dipasang pada truk pengangkut sampah untuk mendeteksi aset jalan yang memerlukan pemeliharaan. Uji coba yang berlangsung selama enam bulan, dari Juni hingga Desember 2022, di kota Brimbank, Australia, membuktikan bahwa 5G mampu mendukung pengiriman data video dan informasi lokasi secara real-time ke sistem berbasis cloud.
Namun, meskipun kemampuan 5G terbukti andal dalam pengiriman data berat seperti video, penelitian ini juga mengungkapkan adanya variasi performa yang signifikan terkait cakupan geografis, kecepatan jaringan, dan latensi. Dalam uji coba yang dilakukan selama dua minggu, ditemukan bahwa throughput rata-rata untuk pengunduhan mencapai 19,63 Mbps, dengan beberapa wilayah di Brimbank memiliki throughput lebih dari 25 Mbps, sementara daerah lain mencatatkan throughput di bawah 15 Mbps. Perbedaan ini mencerminkan bahwa meskipun 5G memiliki potensi untuk mendukung aplikasi kota pintar yang intensif data, keandalan jaringannya masih bergantung pada lokasi dan waktu, terutama di daerah pinggiran kota.
Selain itu, hasil uji coba juga menunjukkan bahwa faktor mobilitas dan waktu berpengaruh signifikan terhadap performa jaringan. Truk yang beroperasi pada jam-jam sibuk mengalami penurunan throughput hingga 30% dibandingkan dengan saat jalanan sepi. Hal ini menunjukkan bahwa beban lalu lintas data yang tinggi, terutama pada jam-jam sibuk, dapat menghambat kecepatan dan stabilitas jaringan.
Perbandingan antara jaringan 4G dan 5G juga mengungkapkan beberapa fakta menarik. Dalam kasus uji coba ini, meskipun jaringan 5G memiliki potensi throughput lebih tinggi hingga 20,07% untuk unduhan dibandingkan dengan 4G, jaringan 5G hanya dapat dipertahankan selama 32,96% dari total waktu koneksi. Sisanya, jaringan secara otomatis beralih ke 4G akibat keterbatasan cakupan 5G. Keterbatasan ini disebabkan oleh implementasi 5G non-standalone (NSA), yang menggabungkan inti jaringan 4G dan 5G. Artinya, meskipun perangkat terhubung ke antena 5G, performa jaringan masih dipengaruhi oleh infrastruktur 4G yang lebih lambat.
Selain itu, ketika diuji untuk aplikasi kota pintar yang memerlukan transfer data intensif, seperti streaming video point cloud 3D, jaringan 5G hanya dapat mencapai throughput maksimal 149 Mbps dalam kondisi ideal. Namun, sebagian besar waktu pengukuran menunjukkan throughput di bawah 40 Mbps. Ini menunjukkan bahwa meskipun 5G dapat mendukung skenario transfer data berat, kinerjanya masih jauh dari optimal untuk penggunaan aplikasi secara kontinu di kota pintar.
Secara keseluruhan, meskipun 5G menawarkan peningkatan yang substansial dibandingkan 4G, tantangan dalam hal cakupan, hand-off jaringan, dan performa yang tidak konsisten menghalangi potensinya untuk mendukung aplikasi kota pintar secara optimal.
***
Meskipun 5G menawarkan potensi besar dalam mendukung pengembangan kota pintar, seperti yang diungkapkan oleh Banerjee et al. (2024), tantangan teknis yang ada masih mempengaruhi penerapannya secara luas. Hasil uji coba di kota Brimbank menunjukkan bahwa jaringan 5G memang mampu mendukung aplikasi IoT berbasis data yang berat, seperti deteksi aset jalan menggunakan video streaming real-time. Namun, variasi dalam kecepatan jaringan dan keterbatasan cakupan membuat performa 5G tidak konsisten, terutama di wilayah pinggiran dan pada saat lalu lintas data tinggi.
Dengan hanya 32,96% waktu koneksi yang terhubung secara penuh ke jaringan 5G, sebagian besar aplikasi masih mengandalkan jaringan 4G karena keterbatasan infrastruktur 5G non-standalone (NSA). Ini menunjukkan bahwa untuk mencapai manfaat optimal, infrastruktur 5G perlu ditingkatkan, baik dari sisi cakupan maupun keandalannya. Selain itu, pengembangan aplikasi kota pintar juga harus menyesuaikan dengan variasi performa jaringan, agar tetap bisa berfungsi dengan baik dalam kondisi yang dinamis.
Di masa depan, investasi lebih besar dalam penyebaran jaringan 5G standalone (SA) yang murni, serta pengembangan aplikasi yang adaptif terhadap kondisi jaringan, akan sangat penting. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan performa, tetapi juga memaksimalkan potensi 5G dalam mendukung kota pintar yang lebih efisien dan berkelanjutan.