MOORA: Solusi Efektif untuk Penentuan Prioritas Penerima Bantuan UMKM
Penentuan prioritas penerima bantuan merupakan salah satu tantangan terbesar dalam upaya pemulihan ekonomi, terutama di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Artikel Metode MOORA Sebagai Penentuan Prioritas Penerima Bantuan Modal UMKM oleh Farida Hannum Harahap, Nazifatul Fadhilah, dan Nur Anisa Fitria menyoroti pentingnya metode MOORA (Multi-Objective Optimization by Ratio Analysis) dalam menyelesaikan masalah ini. Sejak pandemi COVID-19, banyak UMKM di Indonesia mengalami kesulitan, termasuk di daerah Padang Bolak Tenggara. Berdasarkan data, sektor UMKM di Indonesia berkontribusi sebesar 60% terhadap PDB nasional dan menyerap sekitar 97% tenaga kerja. Namun, pandemi menyebabkan penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi UMKM, mengakibatkan kerugian yang berdampak pada pengangguran.
Dalam kondisi darurat seperti ini, pemerintah berperan memberikan bantuan berupa modal usaha kepada UMKM sebagai bagian dari program pemulihan ekonomi. Namun, penentuan penerima bantuan memerlukan pendekatan yang sistematis dan objektif agar bantuan dapat tepat sasaran. Harahap dkk. (2023) dalam jurnal Teknologi Sistem Informasi dan Sistem Komputer TGD, menekankan bahwa metode MOORA dapat mengatasi kendala ini dengan memberikan solusi berbasis sistem pendukung keputusan (SPK). MOORA memungkinkan optimalisasi berbagai kriteria yang sering kali bertentangan, seperti kepemilikan usaha, penghasilan, dan tanggungan, sehingga dapat menghasilkan rekomendasi penerima bantuan yang akurat dan transparan. Berdasarkan artikel tersebut, penggunaan MOORA membantu mengoptimalkan penyaluran dana bantuan kepada UMKM yang benar-benar layak, memastikan bahwa dana yang dialokasikan tidak sia-sia.
****
Artikel yang ditulis oleh Farida Hannum Harahap, Nazifatul Fadhilah, dan Nur Anisa Fitria (2023) menjelaskan bagaimana metode MOORA diterapkan untuk menentukan prioritas penerima bantuan modal bagi UMKM di Padang Bolak Tenggara. Pada tahun 2022, daerah ini mengalami peningkatan jumlah pengangguran akibat kerugian yang dialami UMKM selama pandemi. Pemerintah setempat menginisiasi program bantuan modal sebagai upaya pemulihan ekonomi, namun menghadapi kendala dalam menyeleksi UMKM yang layak menerima bantuan. Untuk menjawab tantangan tersebut, metode MOORA diterapkan karena mampu mengolah berbagai data dari 20 UMKM dengan menggunakan empat kriteria: kepemilikan tempat usaha, tanggungan, penghasilan, dan lama usaha.
Dalam studi ini, metode MOORA mengoptimalkan tiga kriteria yang bernilai benefit (kepemilikan tempat usaha, penghasilan, lama usaha) dan satu kriteria cost (tanggungan). Dari hasil perhitungan, penerima dengan kriteria yang lebih menguntungkan seperti kepemilikan usaha sendiri dan penghasilan lebih tinggi mendapatkan nilai lebih baik. Hal ini tercermin dalam hasil perhitungan di mana alternatif dengan nilai tertinggi (A6) memiliki skor 0,2143, diikuti oleh A8 dengan 0,20575, dan A20 dengan 0,20045. Dengan sistem ini, pemerintah dapat memastikan bahwa bantuan dialokasikan kepada pelaku UMKM yang memiliki potensi lebih besar untuk bertahan dan berkembang, sehingga dapat membantu pemulihan ekonomi secara efektif.
Selain itu, metode MOORA juga terbukti efisien dalam menyaring data dengan cepat. Misalnya, dari total 20 UMKM yang diobservasi, hasil perangkingan menunjukkan prioritas pertama hingga terakhir dengan jelas, mengurangi risiko penyelewengan atau subjektivitas dalam proses seleksi. Metode ini sudah diterapkan dalam berbagai kasus lain, seperti pemilihan penerima renovasi rumah dan beasiswa. Penggunaan MOORA dalam konteks UMKM memberikan kerangka kerja yang fleksibel dan dapat diadaptasi untuk berbagai skenario di mana keputusan harus diambil berdasarkan berbagai variabel.
Tidak hanya itu, angka yang dihasilkan oleh MOORA memberikan dasar yang transparan bagi pembuat kebijakan untuk mengambil keputusan yang adil. Pemerintah dapat menunjukkan bukti konkret tentang bagaimana setiap UMKM dinilai berdasarkan kriteria yang obyektif, serta bagaimana metode ini mengurangi kemungkinan adanya favoritisme atau keputusan yang tidak adil. Penerapan metode MOORA dapat diteruskan sebagai praktik terbaik dalam penentuan prioritas penerima bantuan di masa depan, mengingat hasilnya yang akurat dan terbukti efektif dalam alokasi sumber daya yang terbatas.
****
Penerapan metode MOORA dalam menentukan prioritas penerima bantuan modal UMKM, seperti yang dijelaskan oleh Harahap dkk. (2023), menawarkan solusi efektif dan transparan dalam mengatasi masalah distribusi bantuan. Dengan memanfaatkan data kriteria seperti kepemilikan tempat usaha, penghasilan, dan lama usaha, metode ini mampu memberikan peringkat yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian yang menunjukkan alternatif terbaik (A6) dengan skor 0,2143 menjadi bukti konkret bagaimana MOORA mampu menyaring data secara sistematis dan cepat, membantu pemerintah dalam mengambil keputusan yang tepat.
Metode ini tidak hanya relevan dalam konteks pandemi, tetapi juga dapat diterapkan di berbagai situasi lain yang membutuhkan penentuan prioritas berdasarkan kriteria yang kompleks. Dengan bukti keberhasilan di beberapa studi kasus, MOORA dapat menjadi alat yang berkelanjutan dalam memastikan bantuan pemerintah atau alokasi sumber daya dilakukan dengan adil, efisien, dan akurat. Di masa depan, integrasi metode MOORA dalam berbagai program bantuan akan semakin memperkuat transparansi dan keadilan dalam pengambilan keputusan.
Referensi:
Harahap, F. H., Fadhilah, N., & Fitria, N. A. (2023). Metode MOORA sebagai penentuan prioritas penerima bantuan modal UMKM. Jurnal Teknologi Sistem Informasi dan Sistem Komputer TGD, 6(1), 24-33.DOI: 10.53513/jsk.v6i1.7359
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI