Pemilu adalah sebuah pertandingan. Sama dengan pertandingan atau perlombaan yang lain. Ada yang menang ada yang kalah. Sesuatu yang wajar. Semua peserta berlatih, fisik dan mental. Persiapan hanya untuk menang.
Semua Club menyiapkan pemainnya. Mereka profesional, meskipun beberapa ada member memble. Tak apa karena sebagai cadangan. Club lain menyiapkan pemain bayaran. Profesional juga. Penyandang dana kuat. Hitungan untung rugi berbasis bisnis. Kalau menang tambah profit. Kalau kalah balik modal. Tak ada rugi serupiah pun. Potensi gambling besar. Model Club pro. Nyogok uang sana-sini juga.
Di lapangan pemain bersaing. Bertanding. Bebas menyusun strategi. Asal tetap patuh pada peraturan. Antar Club bersaing dan bertanding. Di dalam satu club, antar pemain bersaing untuk menunjukkan prestasi terbaik. Wasit mengawasi. Ada wasit yang suka nyemprit. Ada pula wasit sebagai pengamat.
Pemilu Legislatif 9 April 2009 (juga Pemilu Legislatif 2014) adalah pertandingan seperti yang saya ilustrasikan di atas. Ada kebahagian bagi mereka yang terpilih, plus kebahagiaan bagi mereka yang memilih. (Semoga bukan penderitaan bagi pemilih !). Ada kesedihan karena gagal,bahkan sebagian caleg ada yang stress dan bunuh diri.
Banyak kawan-kawan yang tanya kepada saya, keadaan saya, kesehatan saya, pekerjaan saya, dan psikologis saya, dll. Perlu saya sampaikan, bagi saya adalah hal biasa. Tidak terpilih jadi anggota dewan tidak mempengaruhi saya (semoga). Saya bahasakan, ‘Nothing to loose Bro’ kepada teman-teman. Saya masih dalam kondisi sehat wal ‘afiat tak kurang suatu apa. Saya masih menjalani rutinitas manajerial di perusahaan seperti biasanya. Saya masih melanjutkan aktifitas di partai seperti selama ini. Saya masih komitmen untuk membantu kawan-kawan relasi dan pendukung yang telah membantu saya dalam pemilu apapun bentuknya nanti. InsyaAllah tidak berubah.
Ini adalah jawaban terbuka saya atas semua pesan singkat SMS yang masuk ke HP saya. Ini saya sampaikan kepada seluruh kawan, relasi, rekan, pendukung, tim sukses, tim inti, keluarga dan masyarakat.
Satu pelajaran bagi saya, memang kita harus cerdik dengan strategi jitu. Tetapi dalam konteks majmuk masyarakat, cerdik itu kalah dengan yang beruntung. (MBU)
Catatan Pemilu 2009, Diupdate paska Pemilu 2014, diposting ulang 08032017
https://www.facebook.com/marsudibu/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H