Mohon tunggu...
Marsi Orina Opat
Marsi Orina Opat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bagi ku tiap detik dalam hidup ini adalah suatu anugerah yang berharga, aku hanya gadis biasa yang ingin sekedar menuliskan kata dan cerita lewat tulisan kecil ini. Aku tak ma melewatkan detik-setik dalam hidup ku, oleh sebab itu aku ingin semuanya jadi satu cerita dan bingkisan kenangan manis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bingkisan dari Renda Kehidupan

11 November 2011   13:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:47 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menapaki jejak tentang hidup memang tak mudah, kerikil kecil dan batu kadang menghempas. Melalui jalanan terjal dan gunung menjulang adalah senyuman yang berisikan peluh.Kadang aku terdiam dalam sunyinya aliran angin di sela pepohonan hijau, mencoba mengerti akan catatan yang pernah kamu,dia,kalian,dan mereka bagikan padaku. Ada sebuah makna tersirat yang ingin kamu,dia,kalian dan mereka ceritakan,yang aku kadang tak pahami,bahkan sulit.

Kadang kala cucuran air mata meleleh di pipi saat hujan datang dengan kabut tipis di balik jendela bening kamar ku, merenungi kisah yang kian lama kian pelik,dan rentetan kata yang seperti mulai memudar karena hilang ditelan sunyi. Aku berdiri diantara jeremi basah yang di buang petani padi di kala musim panen tiba,sulit rasanya. Melihat senyummu adalah rona bahagia ku, namun bila ku tatap rembulan manis disampingmu gelap duniaku. Menghampa di kala bahagia di senyuman mu, dan hilang bahagiaku di atas rerumputan padang ilalang savana. Ada roda tentang hidup yang berputar saat duri dari mawar yang pernah ku terima sebagai kado termahal dalam hidup ku.Dunia mengajarkan aku tentang cinta dan mengujiku dengan sakitnya. Aku berbagi dengan kata sebab lidah tuk bicara seolah menhujam sepi dan sunyi,hingga satu persatu orang tak mampu aku temui dan aku tak bisa percaya lagi. Selimut kebohongan tentang abad masa depan terpatri diantara rerimbunan hijau, menjadikannya kelabu saat angin meniupkan alirannya dan melepaskannya ke luas samudera. Ritus tentang cinta nan abadi kian berlalu dengan semu dan aku tak tahu apa yang kan terjadi diantara gelora lautan kebimbangan yang ku hadapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun