Menapaki jejak tentang hidup memang tak mudah, kerikil kecil dan batu kadang menghempas. Melalui jalanan terjal dan gunung menjulang adalah senyuman yang berisikan peluh.Kadang aku terdiam dalam sunyinya aliran angin di sela pepohonan hijau, mencoba mengerti akan catatan yang pernah kamu,dia,kalian,dan mereka bagikan padaku. Ada sebuah makna tersirat yang ingin kamu,dia,kalian dan mereka ceritakan,yang aku kadang tak pahami,bahkan sulit.
Kadang kala cucuran air mata meleleh di pipi saat hujan datang dengan kabut tipis di balik jendela bening kamar ku, merenungi kisah yang kian lama kian pelik,dan rentetan kata yang seperti mulai memudar karena hilang ditelan sunyi. Aku berdiri diantara jeremi basah yang di buang petani padi di kala musim panen tiba,sulit rasanya. Melihat senyummu adalah rona bahagia ku, namun bila ku tatap rembulan manis disampingmu gelap duniaku. Menghampa di kala bahagia di senyuman mu, dan hilang bahagiaku di atas rerumputan padang ilalang savana. Ada roda tentang hidup yang berputar saat duri dari mawar yang pernah ku terima sebagai kado termahal dalam hidup ku.Dunia mengajarkan aku tentang cinta dan mengujiku dengan sakitnya. Aku berbagi dengan kata sebab lidah tuk bicara seolah menhujam sepi dan sunyi,hingga satu persatu orang tak mampu aku temui dan aku tak bisa percaya lagi. Selimut kebohongan tentang abad masa depan terpatri diantara rerimbunan hijau, menjadikannya kelabu saat angin meniupkan alirannya dan melepaskannya ke luas samudera. Ritus tentang cinta nan abadi kian berlalu dengan semu dan aku tak tahu apa yang kan terjadi diantara gelora lautan kebimbangan yang ku hadapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H